Gatot Sujianto (59), warga setempat mengaku, jika situs yang sudah rusak karena aktivitas proyek tol, keberadaannya sudah lama diketahui warga. Bahkan, sesekali banyak orang datang untuk ngalap berkah di situs tersebut. Gatot menggambarkan bentuk bangunan situs menyerupai tugu.
"Sudah lama mas, dan banyak warga yang tahu. Seperti yang saya lihat bentuknya seperti tugu, tinggi lebih dari dua meter," ungkap Gatot ditemui detikcom di lokasi, Sabtu (9/3/2019).
Gatot tak memungkiri seringkali mendatangi situs yang kini dalam penelitian Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jawa Timur itu. Tujuannya, hanya mengirimkan doa kepada para leluhur. "Saya sering kesitu, kadang bersama teman," beber pria berkaca mata itu.
Ditanya cerita banyaknya warga menemukan benda cagar budaya, seperti uang gobog, guci, kaca benggala, bahkan emas dan perhiasan lain ? Gatot tak membantahnya.
Jauh sebelum keberadaan situs diketahui publik, warga sudah banyak menemukan sejumlah benda. Semuanya ditemukan ketika lokasi mulai tergarap proyek tol Oktober 2018 silam.
"Ada yang menemukan perhiasan, berlian, emas, uang gobog Cina. Kalau saya batu hitam dengan panjang sekitar 30 cm. Seperti batu meteor dan yakini benar," beber Gatot.
Kabar akan uang gobog seberat 2 kwintal pernah ditemukan warga, juga tak dibantah Gatot. "Iya benar itu. Kalau kata teman saya di bawah batu bata dari situs itu, ada harta karun yang tersimpan dalam peti berukuran besar," ungkap Gatot.
Bukan hanya soal harta karun, cerita mistik juga mengiringi selama keberadaan situs itu. Naga emas diyakini sebagai penjaga harta karun d ibawah situs berupa struktur bata bata itu.
Cerita yang sama tentang banyaknya benda-benda cagar budaya ditemukan selama pengerjaan proyek juga dibenarkan oleh warga lain.
Koordinator Balai Pelestarian Cagar Budaya Jawa Timur wilayah Malang, Haryoto, juga mendapatkan cerita yang sama. Pihaknya berharap masyarakat mengembalikan cagar budaya yang dimiliki.
"Akan dapat ganti rugi pastinya. Alasannya apa minta dikembalikan, karena ini warisan nenek moyang dan nantinya untuk ilmu pengetahuan anak cucu kita semua," kata Haryoto.
Menurut Haryoto, barang-barang berharga memang dulunya tak seperti sekarang disimpan di dalam bank atau tempat khusus. Dulu disimpan dalam sebuah peti dengan pengamanan prajurit kerajaan.
"Makanya ketika sebuah kawasan diduga menjadi tempat pemukiman zaman dahulu, wajar bila banyak ditemukan barang-barang berharga," sebut Haryoto terpisah. (fat/fat)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini