Kepala Biro Teknis dan Hubungan Partisipasi Masyarakat KPU RI, Nur Syarifah dalam sambutannya mengatakan, simulasi nasional yang mengambil tempat di TPS 13 Dusun Kembang Putihan, Desa Guwosari, Kecamatan Pajangan, Bantul adalah simulasi terakhir jelang Pemilu bulan April mendatang. Menurutnya, ada 2 tujuan dibalik gelaran simulasi tersebut.
"Satu, tujuannya simulasi ini untuk memastikan penyelenggara di tingkat PPS dan KPPS sesuai dengan perundang-undangan. Kedua, agar masyarakat mengetahui seberapa jauh situasi di TPS dan langkah-langkah menggunakan hak pilihnya," ujarnya di sela-sela simulasi nasional pemungutan dan penghitungan suara pemilu Tahun 2019, Dusun Kembang Putihan, Desa Guwosari, Kecamatan Pajangan, Bantul, Sabtu (9/3/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
"Peserta kegiatan simulasi ini adalah pemilih sesungguhnya saat Pemilu bulan April, memang sengaja dibuat riil. Tapi ada modifikasi sedikit, yaitu nama TPS dirubah jadi TPS 99 agar tidak mengarah ke salah satu calon dalam Pemilu," ucapnya.
Ketua KPU DIY, Hamdan Kurniawan menambahkan dipilihnya Bantul menjadi tempat penyelenggaraan simulasi nasional pemungutan dan penghitungan suara pemilu Tahun 2019 bukan tanpa alasan. Menurutnya, hal itu berkaca pada tingkat kehadiran pemilih yang tinggi di Kebupaten Bantul.
"TPS di Guwosari ini dipilih karena pada Pemilu tahun 2014 tingkat kehadiran pemilihnya tinggi. Selain itu untuk di tingkat provinsi, Bantul jadi penyumbang tertinggi dalam hal pemilih yang hadir dalam Pemilu," katanya.
Sementara itu, salah satu peserta simulasi, Zumaroh (32), warga Desa Guwosari, Kecamatan Pajangan, Bantul mengatakan, bahwa ia baru pertama kali mengikuti simulasi tersebut. Menurutnya, dengan simulasi ini ia menjadi tahu jenis surat suara yang akan dicoblos saat Pemilu bulan April mendatang.
![]() |
"Kalau untuk saya tidak ada masalah tadi. Tapi untuk nenek-nenek mungkin akan kesusahan ya saat melipat kertas suara, karena kan ukurannya besar dan jumlahnya banyak," ujarnya.
Beda halnya dengan salah seorang peserta simulasi dari kaum difabel, Abdurahman (41), warga Desa Guwosari, Kecamatan Pajangan, Bantul menilai jarak untuk mencoblos dengan tempat duduknya di kursi roda terlampau tinggi. Terlebih, surat suara yang akan dicoblos berukuran besar.
"Mungkin tempatnya (bilik suara) kurang luas dan kurang tinggi. Kalau surat suaranya kelihatan semua saat mau dicoblos, tapi ya agak susah tadi (saat mencoblos dan melipat) karena surat suaranya besar-besar," pungkasnya.
Simak Juga 'Banyak Golput, KPU Targetkan Partisipan Pemilu 2019 Sebesar 77,5%':
(bgk/bgs)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini