Uniknya, mereka melakukan penelitian mulai dari gunung hingga laut. Rombongan mahasiswa Hong Kong ini berada di Banyuwangi selama satu pekan, dari 1-7 Maret 2019. Mereka akan berkeliling mengunjungi sejumlah destinasi wisata alam.
Seperti Gunung Ijen, Kawasan Ekosistem Esensial Teluk Pangpang, Hutan Mangrove di Muncar, Taman Nasional Alas Purwo, dan Wisata Coklat Doesoen Kakao di Glenmore. Selain juga Pantai Plengkung (G-Land), Pantai Sukamade, dan Pantai Pulau Merah, Taman Nasional Meru Betiri.
"Kami ingin melihat hubungan lebih jauh antara lansekap alam dan masyarakat lokal. Bagaimana pembangunan yang dilakukan Banyuwangi, apakah seimbang antara peningkatan ekonomi masyarakat dan kelestarian lingkungan," kata Matthew Prior, Kepala Divisi Arsitektur Lansekap, Fakultas Arsitektur, Universitas Hongkong, Selasa (5/3/2019).
Prior mengungkapkan ketertarikannya datang dan melakukan studi di Banyuwangi. Awalnya, kata dia, pihaknya tengah concern memperhatikan perkembangan daerah yang ada di Jawa Timur. Dari sekian daerah, ketertarikan mereka akhirnya mengerucut pada Banyuwangi yang dinilainya mengalami perkembangan pesat.
"Selama tiga minggu kami menggali informasi tentang Banyuwangi, baik melalui riset di internet maupun jurnal akademik. Hasilnya membuat kami langsung tertarik datang ke sini. Itu sebabnya kami datang untuk melihat langsung dan belajar banyak hal tentang Banyuwangi. Mulai dari kebijakan dan strategi pengembangan daerah dan pariwisatanya," terang Prior.
Khusus untuk TWA Ijen dan Kawasan Ekosistem Esensial Teluk Pangpang, kata Prior, mereka sangat mengapresiasi sekali dengan konsep pengembangan ekowisata berbasis masyarakat (Community based tourism). Mereka sangat mengapresiasi pembangunan ekowisata oleh swadaya di dua lokasi tersebut.
"Kami sudah berkeliling selama empat hari di sini, Sejauh ini hasilnya cukup memuaskan. Di sini kami menemukan bahwa rakyat selalu dilibatkan dalam pembangunan daerah. Pengembangan suatu kawasan destinasi melibatkan warga setempat, sehingga rakyat dan pemerintahnya satu misi, saling mendukung untuk kemajuan bersama. Ini sangat menguntungkan untuk sebuah pembangunan," tandas Prior.
Sementara Kepala biro Administrasi Sumber Daya Alam Provinsi Jatim, Budi Suprianto mengaku mengapresiasi Study tour Universitas Hongkong tersebut. Penunjukan TWA Ijen dan KEE Teluk Pangpang merupakan destinasi tepat untuk penelitian mahasiswa tersebut.
Pada tahun 2017 BBKSDA Jatim telah menetapkan TWA Kawah Ijen sebagai role model pengembangan ekowisata kemudian pada tahun berikutnya 2018, melalui Proyek Perubahan (Proper) Kepala BBKSDA Jatim mengimplementasikan strategi pengembangan ekowisata berbasis masyarakat.
"Untuk Ijen sudah ada pembangunan sarpras untuk Izin usaha penyediaan jasa makanan/minuman yang dikelola masyarakat sekitar, pelatihan SAR dan hospitality terhadap masyarakat yang terlibat wisata (guide lokal), sertifikasi pemandu wisata dan tiket online yang terintegrasi dengan data base pengunjung serta carryng capacity. Sementara di Teluk Pangpang, sudah ada masyarakat Desa Wringinputih, yang mengembangkan 3 spot wisata disana yaitu Konservasi Mangrove-Cemara Kawang, Mangrove Kili-Kili yang merupakan habitat berbagai jenis burung air dan Pesona Teluk Pangpang yang diintegrasikan dengan spot wisata Teluk Banyubiru-Taman Nasional Alas Purwo," tambahnya.
Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas mengaku bersyukur dengan kunjungan tersebut. Kemajuan sektor pariwisata Banyuwangi mendapatkan apresiasi dari Universitas Hongkong. Anas mengaku selama ini, destinasi wisata yang ada di Banyuwangi tumbuh dari masyarakat. Pemkab Banyuwangi hanya mengemas destinasi wisata tersebut menjadi lebih baik lagi.
"Tentu kita sangat bersyukur. Kegiatan wisata edukasi seperti ini perlu ditingkatkan sebagai ajang untuk mempromosikan keindahan alam, biodiversity, socio-culture dan ini juga merupakan salah satu aspek dari ecotourism itu sendiri yaitu memberikan edukasi ke Pengunjung serta meningkatkan income masyarakat sekitar," pungkasnya. (fat/fat)