"Itu puisi, itu kan sudah saya (jelaskan). Saya kemarin di Jakarta bicara ini puisi biadab. Biadab itu bahasa Persia, Bi itu artinya tidak, adab itu tata krama," kata Buya Syafii usai menghadiri bedah buku karyanya berjudul Krisis Arab dan Masa Depan Dunia Islam' di Gedung Pascasarjana UMY, Yogyakarta, Jumat (1/3/2019).
Mantan Ketum PP Muhammadiyah itu menyebut doa Neno yang membawa nama Tuhan ke ranah pemilu tidaklah tepat. Buya Syafii menilai Neno tak paham agama dan telah melakukan perbuatan biadab.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
"Ini dia membuat (membawa nama) Tuhan dalam Pemilu, itu kan biadab, dan dia nggak ngerti agama. Neno itu nggak paham agama. Hanya pakai jilbab itu sebagai simbol (beragama), bukan jaminan dia mengerti agama," tuturnya.
Buya Syafii menerangkan konteks doa yang dibacakan Neno adalah doa Perang Badar. Kala itu pasukan muslim yang jumlahnya tak seberapa berperang dengan kafir Quraisy. Dalam peperangan itu Nabi Muhammad berdoa untuk kemenangan muslim. Akhirnya pihak muslim berhasil memukul mundur pasukan kafir Quraisy yang jumlahnya berlipat-lipat. Doa Neno pun dianggap tak tepat karena terkesan mendiskreditkan lawan Prabowo Subianto, capres petahana Joko Widodo (Jokowi) yang berpasangan dengan KH Ma'ruf Amin.
"Nabi (Muhammad) berdoa waktu itu (Perang Badar) ya. 'Kalau nanti kami kalah ya Allah, maka mungkin tidak ada lagi orang yang menyembahmu. Jangan dihubungkan dengan ini nanti kalau ini (pihaknya) kalah enggak ada yang nyembah Allah. Itu menurut saya sudah bodoh sekali," sebut Buya Syafii.
"Apakah Jokowi itu kafir? Ya enggak to, gimana," tambahnya.
Kritikan tokoh Muhammadiyah itu dibalas oleh anggota Dewan Pakar BPN Prabowo-Sandiaga, Dradjad Wibowo. Ia membela Neno yang disebutnya hanya mencontoh doa Muhammad SAW.
Menurut dia, orang yang berkarya lewat puisi harus dihormati. Jika ada yang tidak setuju, kata Dradjad, lebih baik membuat puisi lain asalkan tidak merevisi doa. Polikus PAN itu lalu mempertanyakan apakah Buya Syafii sedang khilaf karena pernyataannya tersebut.
"Orang berkarya seni melalui puisi ya kita hormatilah. Jika tidak sepakat dengan isinya, orang bisa bikin puisi lain yang dia cocok. Yang penting tidak merevisi doa, he-he-he...," kata Dradjad.
"Apa Pak Syafii sedang khilaf ya? Saya mendoakan kebaikan bagi beliau," sambungnya.
![]() |
Bukan hanya Dradjat yang memberikan pembelaan untuk Neno. Juru bicara Direktorat Advokasi BPN Prabowo-Sandiaga, Habiburokhman mengatakan pernyataan Buya Syafii berlebihan dan sangat melukai hati.
"Pernyataan Buya Syafii Maarif yang menyatakan puisi Neno Warisman biadab sangat melukai hati. Sejauh ini kami menempatkan Buya Syafii sebagai ulama dan cendekiawan berhati mulia, namun pernyataan beliau kali ini menurut saya sangat berlebihan dan cenderung tidak adil," sebut Habiburokhman.
Menurut politikus Gerindra ini, kata biadab dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) berkonotasi ekstrem dan dicontohkan dengan pemerkosaan anak di bawah umur. Habiburokhman sakit hati jika puisi Neno disamakan dengan pemerkosaan anak.
"Kata biadab mungkin berasal dari bahasa Persia yang berarti sekadar tidak bertata krama. Tetapi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata tersebut sangat ekstrem karena bisa berarti tidak beradab dan kejam dengan contoh pemerkosaan anak di bawah umur. Sakit sekali hati kami kalau puisi Mbak Neno disamakan dengan pemerkosaan anak di bawah umur. Terlebih jika yang menyampaikannya adalah sosok yang selama ini sangat kami hormati dan kagumi," urainya.
Buya Syafii 'diserang' BPN Prabowo-Sandiaga, Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma'ruf Amin memberikan pembelaan. Sebagai seorang tokoh agama, Buya Syafii disebut wajar bila memberikan penilaian kepada Neno.
Menurut Wakil Ketua TKN Jokowi-Ma'ruf, Abdul Kadir Karding, tidak ada yang salah dari kritik Buya Syafii atas puisi Neno. Politikus PKB ini menilai Wakil Ketua BPN Prabowo-Sadiaga itu memang harus diperingatkan. Apalagi yang memberi peringatan adalah seorang tokoh agama besar.
![]() |
"Orang-orang kayak Mbak Neno ini harus diperingatkan. Cara memperingatkannya adalah dengan salah satunya seperti yang dilakukan Buya. Saya kira itu wajar, boleh. Apa yang disampaikan Neno itu bisa merusak persaudaraan kita sesama muslim, persaudaraan kita sebagai bangsa. Banyak yang tidak terima juga disebut sebagai Prabowo kalah khawatir kalau Tuhan tidak ada yang menyembah, itu bahaya," tutur Karding.
Puisi Neno yang dibacakan dalam acara Munajat 212 pada 21 Februari lalu menjadi kontroversi. Potongan video saat Neno membacakan puisi itu ramai dibagikan di media sosial.
Berikut ini isi potongan puisi dari video yang beredar:
jangan, jangan Engkau tinggalkan kami
dan menangkan kami
Karena jika Engkau tidak menangkan
Kami khawatir ya Allah
Kami khawatir ya Allah
Tak ada lagi yang menyembah-Mu
Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah yang turut hadir dalam Munajat 212 mengatakan video yang tersebar di media sosial itu sebagai potongan doa. Ia menilai doa itu tidak menyebutkan siapa pihak yang didoakan untuk menang. Fahri mengatakan, doa sebagai senjata dan rintihan hati. Sementara itu, peserta Munajat 212 mengamini apa yang didoakan Neno Warisman.
"Setahu saya, dia nggak sebut nama Prabowo. Kan nggak bisa diperjelas. Namanya doa, itu private pada dasarnya. Doa itu senjata. Doa itu rintihan hati. Yang setuju mengaminkan. Jadi seperti sebuah suasana hati yang membacanya," ungkap Fahri.
detikcom telah menghubungi Neno Warisman doa yang jadi sorotan itu. Namun, telepon dan pesan singkat belum direspons.
Simak Juga 'Puisi Emosional Neno Warisman di Munajat Akbar 212':
Ikuti Perkembangan Pemilu 2019 hanya di sini. (elz/bar)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini