Ketujuh mahasiswa ini Alvi Rizky, Syarifudin, Ridwan Rais, Riza Diki, Puteri Averia, Yudik Saputra dan Tri Setianingsih membuat beton dari limbah B3 (bahan berbahaya dan beracun) slag baja dicampur abu sekam padi. Produknya ini kemudian jadi juara karya inovatif tingkat universitas se-Banten.
Alvi Rizki mengatakan, penggunaan sekam padi dan slag baja dipakai untuk mereduksi penggunaan semen. Kekuatan beton buatannya bisa menahan beban 140 kg sampai 200 kg per centimeter. Betonnya cocok digunakan untuk bahu jalan dan mengurangi genangan air akibat hujan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tujuannya memang untuk mengurangi banjir, beton berpori juga bisa digunaan di teras rumah atau lahan parkir," kata Alvi dan rekan-rekannya saat berbincang dengan detikcom di Serang, Banten, Selasa (26/2/2019).
Perbedaan dengan beton konvensional, beton buatan mereka 4 kali lebih murah. Meski belum ada tes lanjutan untuk penerapan di jalan raya, tapi ini bisa jadi alternatif.
"Kuat tekanannya memang belum bisa diterapkan ke jalan dengan kendaraan intensitas tinggi. Itu dibutuhkan komposisnya lagi supaya bisa kuat tekanan," kata mahasiswa Teknik Sipil Unbaja ini.
Produk ini, lanjutnya juga pernah ditampilkan di pameran teknologi tepat guna baik di Banten maupun luar daerah. Bahkan, pernah ada perusahaan dan pihak pemerintah yang ingin membeli hak patennya.
"Pernah mau dibeli sama orang Dinas PU, tapi dia masih memperbandingkan harga dengan pembuatan beton konvensional," tambah Ridwan yang juga anggota pembuat beton berpori menambahkan.
Rencananya, beton buatan mereka memang sudah coba disosialisikan ke pemerintah daerah termasuk Kota Serang. Mereka berharap, beton berpori bisa jadi alternatif dan digunakan di jalan raya.
"Kita selalu terbuka, selagi itu buat kemajuan Kota Serang," ujar Alvi. (bri/rvk)