Seperti dilansir Reuters, Jumat (8/2/2019), pembunuh berantai yang hingga kini belum diketahui identitasnya itu dijuluki 'Doodler' karena salah satu korban selamat mengaku ingat pelaku sedang menggambar karikatur di sebuah tempat makan di San Fracisco.
Pekan ini, Kepolisian San Francisco memperbarui upaya perburuan terhadap pembunuh berantai, yang aksinya menebar teror di komunitas gay di Bay Area, San Francisco, sekitar empat dekade lalu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain mengumumkan imbalan, polisi juga merilis sebuah rekaman audio dari panggilan anonim pada 27 Januari 1974. Panggilan telepon itu melaporkan temuan jenazah di dekat Ocean Beach di Bay Area. Si penelepon yang enggan menyebut identitasnya, belum pernah diminta keterangan oleh polisi saat itu.
Sebagai upaya membantu perburuan, Kepolisian San Francisco juga merilis sketsa wajah versi terbaru dari pembunuh berantai ini. Sketsa wajah terbaru itu menyesuaikan penampilan pelaku 40 tahun kemudian, dengan wajah lebih tua dari sketsa wajah yang dirilis tahun 1975 silam.
Kepolisian San Francisco menyatakan pihaknya juga ingin berkomunikasi dengan seorang psikiater dari wilayah Bay Area, yang diperkirakan memiliki nama belakang 'Priest'. Psikiater tersebut diyakini pernah merawat pelaku pada saat itu.
Perburuan baru terhadap pembunuh berantai 'Doodler' ini diumumkan setelah penangkapan tersangka kasus pembunuhan, perampokan dan pemerkosaan di California yang sudah sejak lama mengendap. Pelaku yang dijuluki 'Golden State Killer' yang ternyata seorang mantan polisi bernama Joseph James DeAngelo (73) itu, ditangkap pada April tahun lalu.
Pelaku berhasil ditemukan berkat analisis bukti DNA di tempat kejadian perkara (TKP) dengan informasi genetik pada situs silsilah komersial, yang berujung temuan keterkaitan keluarga pelaku. Untuk kasus pembunuh berantai 'Doodler', McEachern menyatakan bukti DNA telah diajukan untuk diperiksa dan dianalisis, namun hasilnya belum dirilis.
Dalam kasus ini, lima pria kulit putih penyuka sesama jenis diyakini dibunuh antara Januari 1974 hingga Juni 1975. Semua korban mengalami luka tusukan di dada dan punggung bagian atas. Hasil pemeriksaan menemukan fakta bahwa luka-luka korban berasal dari senjata yang sama. Dua pria lainnya yang diserang pelaku pada Juli 1975, berhasil selamat dan juga diyakini menjadi korban dari pelaku yang sama.
"Kami di sini meminta bantuan publik agar kita bisa menegakkan keadilan bagi para korban pembunuhan mengerikan ini," tandas McEachern.
(nvc/ita)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini