"Itu sebetulnya di luar masjid (Jogokariyan), tidak serta-merta masjid dilempar (batu)," kata Wakapolda DIY, Brigjen Pol Bimo Anggoro Seno kepada wartawan di sela acara Advance Media Relation Counter Messaging Course di Hotel Grand Keisha, Sleman, Senin (28/1/2019).
"Bukan masjidnya dilempari, insiden terjadi di luar, nggak ada bentrok," jelasnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Itu sudah diselesaikan oleh takmir masjid, muspika dan tadi malam Dirkrimum (Polda DIY) sudah datang ke sana. Sudah diselesaikan oleh kita, menjadi atensi kita semua menjaga kondisi stabil menjelang Pilpres," lanjut Bimo.
Polisi sejauh ini menerima laporan kericuhan terjadi di sejumlah lokasi. Yakni di dua lokasi di Kabupaten Sleman dan Kota Yogya kericuhan terjadi di dua lokasi di Kecamatan Umbulharjo, satu lokasi di Mantrijeron dan satu lokasi di Ngampilan.
"Ini menjadi perhatian polisi untuk menambah pengamanan, identifikasi mana kantong-kantong yang berpotensi terjadi gangguan serupa," ujarnya.
"Kalau acara di Mandala Krida (Deklarasi Jogja Dukung Jokowi) berlangsung aman, izin hanya 2.000 ternyata yang datang banyak banget sebanyak 10 ribu, tidak diperkirakan jumlahnya segitu. Ada pengamanan yang perlu ditingkatkan bersama-sama lapisan masyarakat, saya minta peristiwa ini jangan dibesar-besarkan," terangnya.
Menurut Bimo, peristiwa kericuhan di beberapa lokasi itu terjadi setelah peserta 'Deklarasi Jogja Dukung Jokowi' hendak pulang dari lokasi acara di Stadion Mandala Krida.
"Mereka pulang dari Mandala Krida, rata-rata mereka anak-anak masih remaja, mungkin iseng atau apa gitu, tidak ada maksud apa-apa sebetulnya," sebutnya.
"Belum ada yang diamankan, masih penyelidikan," imbuhnya.
Ikuti perkembangan Pemilu 2019 hanya di detik.com/pemilu (sip/mbr)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini