Di Acara Prabowo, Eks Komisioner KPU Sindir Pemimpin yang Baca Doraemon

Di Acara Prabowo, Eks Komisioner KPU Sindir Pemimpin yang Baca Doraemon

Kanavino Ahmad Rizqo - detikNews
Sabtu, 26 Jan 2019 16:04 WIB
Chusnul Mar'iyah (Kanavino/detikcom)
Jakarta - Eks komisioner KPU Chusnul Mar'iyah mengatakan seorang pemimpin harus banyak membaca buku untuk mewujudkan tujuan Indonesia sesuai dengan amanat konstitusi. Pemimpin, menurut Chusnul, jangan hanya membaca komik 'Doraemon'.

"Karena itu, kalau kita menginginkan ada pergantian pemerintahan di 2019, kita perlu kembali ke visi kebangsaan kita. Melindungi segenap rakyat Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia. Apakah sudah sekarang ini? Kedaulatan negara ini diserahkan dengan sukarela tanpa rasa malu oleh rezim ke asing," kata Chusnul di Padepokan Pencak Silat, TMII, Jakarta Timur, Sabtu (26/1/2019).


"Apakah leaders mampu melakukan itu kalau bacaannya 'Doraemon'? Kita membutuhkan pemimpin yang bisa membaca," lanjutnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Chusnul kemudian mengungkapkan sejumlah ketimpangan ekonomi yang ada di Indonesia. Menurut dia, Indonesia saat ini mengalami oligarki ekonomi dan oligarki politik.

"Satu persen penduduk Republik Indonesia yang mungkin nanti Bang Noorsy (Ichsanuddin Noorsy) bisa jelaskan lebih lanjut. Menguasai 45,9 persen kekayaan, 72 persen tanah di republik ini dikuasai oleh 1 persen penduduk. Empat orang terkaya di republik ini kekayaannya dengan 100 juta rakyat miskin yang sebagian besarnya adalah perempuan," tutur Chusnul.


Dia pun mengajak masyarakat menyukseskan Pemilu 2019 agar berlangsung jujur dan adil. Chusnul meminta masyarakat mengawasi partai politik dan penyelenggara pemilu.

"Pertama, yang harus diawasi parpol dan peserta pemilu," ujarnya.


Dia juga meminta masyarakat mengawasi calon petahana. Sebab, menurut Chusnul, petahana mempunyai aparat yang berpotensi disalahgunakan.

"Yang kedua siapa? Petahana. Kenapa petahana diawasi? Karena dia menguasai aparatus negara, menguasai APBN, menguasai APBD. Maka harus diawasi. Salah satu contohnya. Tolong kalau nanti sudah pulang ke daerah masing-masing. Diawasi itu dana desa, ada 74 ribuan kepala desa, lurah yang menerima dana desa dan itu bisa saja menjadi cara dan metode untuk menyandera para kepala desa. Mau 2 periode atau mau dipenjara?" sebut Chusnul.


Simak Juga 'Eks Komisioner KPU: Sistem e-Voting Belum Cocok di Indonesia':

[Gambas:Video 20detik]


Di Acara Prabowo, Eks Komisioner KPU Sindir Pemimpin yang Baca Doraemon
(knv/tsa)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads