"KPU harus minta maaf ke publik karena janji debat menarik. Substansi, persiapkan dengan bagus. Kandidat terlihat posisi ideologi dan rencana matang. Tapi kita lihat di debat itu apa yang dijanjikan, itu tidak muncul," ucap Sigit, yang kini menjadi Direktur Eksekutif Network for Democracy and Electoral Integrity (Netgrit), dalam acara diskusi Perspektif Indonesia di Sarinah, Jakarta Pusat, Sabtu (19/1/2019).
Dia pun melihat ada beberapa hal yang mengganggu jalannya debat. Salah satunya, menurut Sigit, saat cawapres Sandiaga Uno membuka catatan yang disebutnya sebesar buku diktat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sigit kemudian mengkritik bocoran soal yang diberikan sebelum debat. Menurutnya, hal itu membuat para capres-cawapres terbebani.
"Metode bagi soal. Bukan kisi-kisinya, sudah soal. (Calon) malah terbebani bahan yang sudah disiapkan dari rumah. Saat ekspresikan jawaban, tidak bisa tunjukkan totalitas," tutur Sigit.
Moderator debat juga tak lepas dari kritikannya. Dia menganggap moderator terlihat memaksa pasangan calon untuk menghabiskan waktu, padahal kandidat tersebut sudah tidak ingin menambahkan jawaban.
"Moderator paksa kandidat berbicara. Padahal waktu itu kandidat kan tidak tuntaskan waktu. Kalau tidak mau, ya, sudah. Itu memaksa dua menit, padahal tidak harus dua menit," ucap Sigit.
"Kemudian, moderator katakan, 'soal masih tersegel'. Apa fungsinya? Bukannya soal sudah dibagi?" pungkasnya.
Saksikan juga video '#01UnggulDebat hingga #PrabowoSandiMenangDebat Trending di Twitter':
(aik/haf)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini