Ketua KPU Arief Budiman angkat bicara soal kritik tersebut. Menurut Arief, penegasan yang diberikan moderator merupakan hal wajar sebab kedua pasangan capres-cawapres tetap tidak tahu pertanyaan apa yang harus dijawab.
"Pertanyaan sudah diberikan pada paslon lima pertanyaan, apakah paslon tahu dia dapat pertanyaan yang nomor berapa? A, b, c, d, e, sudah tahu belum? Nah itu (penegasan amplop masih tersegel) untuk memastikan itu bahwa semua pertanyaan ini masih seperti aslinya, satu, satu pertanyaan a, b, c, d, e," kata Arief di kantornya, Jalan Imam Bonjol, Menteng, Jakarta Pusat, Jumat (18/1/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Arief menuturkan, penegasan amplop masih tersegel juga untuk membuktikan bahwa masing-masing pasangan capres-cawapres tidak bisa memilih pertanyaan, sekaligus menegaskan ke publik bahwa tak ada 'pengaturan' dalam debat tersebut.
"Misalnya kamu tahu nggak amplop itu isinya berapa pertanyaan. Jangan-jangan itu lima pertanyaan ditulis di tiap amplop. Lalu janjian kita, 'saya pertanyaan a saja ya'. Jadi kalau pertanyaan dibuka, 'jadi kalau yang ini saya tanyakan yang a', kan bisa janjian gitu. Nah ini untuk membuktikan bahwa nggak ada janjian, nggak ada yang tahu bahwa saat debat dia akan ditanya yang a, b, c atau d, e," papar Arief.
Dalam debat pertama, setiap pasangan capres-cawapres diminta untuk mengambil undian pertanyaan oleh moderator. Setiap pertanyaan yang diundi berada dalam amplop yang tersegel. Ada empat segmen pengambilan undian pertanyaan sesuai tema yang diangkat yakni hukum, HAM, korupsi dan terorisme.
Saksikan juga video 'Kisi-kisi Debat Diberikan, Gagasan Orisinal Kandidat Tak Muncul':
(zap/zak)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini