Suasana 167 bangunan tua yang berada di sepanjang Jalan Panggung tak lagi terlihat kusam dan kumuh, bahkan menjadi warna-warni.
Namun ternyata upaya ini tidak melulu disambut positif oleh warga Kota Surabaya. Salah satunya pemerhati kota Kuncarsono. Menurutnya, Pemkot Surabaya terkesan memukul rata dalam memberikan corak warna pada bangunan.
"Bangunan art nouveau era 1920-an yang aslinya kaya ornamen berwarna pastel hangat tanpa ampun disulap jadi Barbie Pink House Style," ujar Kuncarsono saat berbincang dengan detikcom, Kamis (10/1/2019).
Ditambahkan Kuncarsono, bangunan tua di kawasan Jalan Panggung sebenarnya sudah memiliki arsitektur yang menarik dan identik dengan bangunan era kolonial. Berbeda dengan perkampungan di Jodipan, Malang yang kemudian terkenal sebagai kampung warna-warni.
"Sama-sama merevitalisasi, memperlakukan kawasan cagar budaya seharusnya beda dengan revitalisasi kampung di Jodipan, Malang yang viral itu. Jodipan dan kampung sejenis di banyak kota dasarnya memang kumuh sehingga perlu dilapisi warna-warna atraktif untuk 'menipu' mata," jelas pria yang berprofesi sebagai desainer grafis ini.
Foto: Deny Prastyo Utomo |
Kuncarsono juga mempertanyakan mengapa Pemkot Surabaya cenderung mengecat bangunan-bangunan tua di Jalan Panggung dengan warna cerah. Bahkan ia menyoroti penggunaan warna magenta dalam pengecatan. Padahal jika ditengok ke belakang, menurut sejarah bangunan-bangunan di Jalan Panggung awalnya merupakan kampung Melayu.
"Kampung ini dulunya kampung Melayu kalau dilihat dari ornamennya. Sangat cocok dengan warna pastel, seperti terlihat pada cat sebelumnya. Kalau dicat warna pink dan ungu ini sangat mirip dengan kampung India," ujar Kuncarsono.
Kuncarsono kemudian mengutarakan ketika melakukan revitalisasi bangunan tua, harusnya Pemkot Surabaya melakukan riset terlebih dahulu.
"Harusnya revitalisasi jangan diterjemahkan serampangan. Pemkot lebih serius dan sabar sedikit deh. Ikuti kaidah pemugaran paling sederhana, mendokumentasikan satu-persatu, membuat mock-up desain, berdiskusi dengan pemiliki rumah, pertimbangkan masukan pakar dan eksekusi dengan pengawasan sungguh-sungguh. Berkolaborasi dengan orang yang sangat ahli di bidangnya itu penting, sekalipun wali kota kita seorang arsitek," papar Kuncarsono.
Hal senada disampaikan oleh Muhammad Saiful dari Laskar Soeroboyo. Ia mengaku kecewa dengan hasil pengecatan yang dilakukan oleh Pemkot terhadap bangunan-bangunan tua di Jalan Panggung. Padahal sebelumnya meraka diajak urun rembuk terkait upaya ini.
"Sebelumnya kami sudah rapat dengan pihak Pemkot dalam forum. Di sana juga sudah disampaikan jika kalau ingin melakukan pengecatan dengan warna-warna natural. Tapi kenyataan berbeda, malah memilih dengan warna ngejreng. Jadi kelihatannya bukan menjadi kota-kota lama, tapi menjadi kota modern," keluhnya. (lll/lll)












































Foto: Deny Prastyo Utomo