Hipotesis ini dibuat setelah situs di Dusun Sambeng, Desa Belahantengah itu diekskavasi selama 11 hari, yakni 13-23 Desember 2018. Struktur dari bata merah yang sebelumnya terpendam, kini telah nampak setelah digali oleh arkeolog Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jatim yang melibatkan warga sekitar dan komunitas peduli Majapahit.
Arkeolog BPCB Jatim, Wicaksono Dwi Nugroho yang terlibat langsung ekskavasi situs Sambeng mengatakan, selama ekskavasi pihaknya telah membuka 19 kotak gali. Terdiri dari 12 kotak gali utama dan 7 kotak gali yang dibuat menyebar di sekitar Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Belahantengah.
Pada kotak gali utama yang berjarak sekitar 10 meter di sebelah barat punden, ditemukan struktur yang merupakan bekas 2 bangunan rumah. Salah satu struktur dengan luas 6x8 meter persegi berhasil disingkap. Hanya saja bagian utara sisa rumah ini terpotong tembok TPA Belahantengah.
"Di tujuh kotak gali yang kami buat menyebar itu kami temukan pondasi struktur dari bata. Ini untuk menentukan luasan sebaran situs Sambeng," kata Wicaksono saat dikonfirmasi detikcom, Rabu (26/12/2018).
Dia menjelaskan, struktur 6x8 meter persegi yang ditemukan hanya berupa pondasi dan lantai rumah. Bagian pondasi berupa tumpukan bata merah dengan dimensi 28x18x6 cm. Lantai rumah juga tersusun dari bata yang sama. Hanya saja bagian bawah lantai berupa tumpukan batu andesit yang menjadi pengerasnya.
Wicaksono memperkirakan rumah kuno ini dulunya menghadap ke utara. Pasalnya, pada bagian selatan ditemukan 2 lumpang.
"Lumpang adalah alat untuk menghaluskan bumbu dapur, biasa terdapat di dapur," terangnya.
![]() |
Di titik ekskavasi yang sama, lanjut Wicaksono, ditemukan banyak pecahan perabotan rumah tangga berbahan tanah liat dan keramik. Pecahan-pecahan porselen tersebut rupanya berasal dari Dinasti Ming, China yang dibuat pada abad 14 masehi.
"Perabotan dari porselen itu sampai di Indonesia sekitar abad ke 15. Permukiman itu perkiraan kami berlangsung dibuat abad 15, pada zaman Majapahit akhir," ungkapnya.
Temuan fragmen porselen tak hanya menjadi petunjuk masa berdirinya perkampungan tersebut, tapi juga mengungkap sosok yang dulu menghuninya. Wicaksono memperkirakan permukiman purba ini dihuni kalangan kesatria, yaitu kaum bangsawan atau prajurit Kerajaan Majapahit. Pasalnya, perabot rumah tangga impor kala itu digunakan oleh kalangan ekonomi atas lantaran harganya yang mahal.
Hipotesis ini juga dikuatkan banyaknya temuan fragmen tembikar yang metode pembuatannya lebih halus. Selain itu, juga ditemukan pecahan selubung tiang. Benda tersebut biasa dipasang pada tiang berbahan kayu yang menyangga rumah kaum bangsawan.
"Kami menduga bangunan itu untuk masyarakat kelas atas. Biasanya kaum kesatria. Keluarga raja. Perkampungan biasa tumbuh karena ada satu penguasa, kemudian dihuni para pengikutnya di sekitar situ. Jadi, tak semua penghuninya kaum kesatria, juga ada hunian pengikutnya," tandas Wicaksono.
Situs purbakala di Dusun Sambeng ini berjarak sekitar 500 meter dari permukiman penduduk. Tepatnya di tengah areal persawahan milik warga serta di sisi timur TPA. Situs ini terancam oleh proyek perluasan TPA Belahantengah.
Situs tersebut tersusun dari tumpukan bata merah dan batu. Setiap bata merah mempunyai dimensi 28x18x6 cm. Tak sedikit bata merah penyusunnya sudah tak utuh. Bentuk struktur dari bata merah ini nampak tak beraturan. Struktur tersusun dari 2 hingga 7 lapis bata merah.
Sebelum ditemukan warga, situs ini tertutup tanah pada kedalaman sekitar 40 cm. Sebagian di antaranya rusak akibat pembangunan pagar TPA dan pembukaan lahan pertanian oleh warga.
Struktur yang sama juga ditemukan di sisi utara dan selatan TPA. Hasil observasi permukaan bersama masyarakat, situs serupa di Dusun Sambeng ditemukan di 62 titik. Oleh sebab itu, ekskavasi pun dilakukan oleh BPCB Jatim. Mereka memulai penggalian di dalam pagar TPA yang merupakan titik awal penemuan situs. (fat/fat)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini