Eks Radikalis Bicara Bahaya Pemilu Penuh Isu SARA

Eks Radikalis Bicara Bahaya Pemilu Penuh Isu SARA

Bayu Ardi Isnanto - detikNews
Selasa, 18 Des 2018 18:54 WIB
Foto: Bayu Ardi Isnanto/detikcom
Sukoharjo - Politisasi identitas berupa suku, agama, ras dan antargolongan (SARA) dalam Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019 dikhawatirkan bakal memecah belah masyarakat. Kekhawatiran muncul dari para mantan pelaku dan korban radikalisme.

Hal tersebut mengemuka dalam Silaturahmi dan Talkshow Pemilu Damai Tanpa Hoax dan Radikalisme di Sukoharjo, Selasa (18/12/2018). Sebagai pembicara, Amir Mahmud selaku Direktur Amir Institute, mantan napi terorisme Yudi Zulfahri dan Pendiri NII Crisis Center Ken Setiawan.

Amir Mahmud merupakan alumni pejuang Afghanistan pada 1985. Dia mengatakan isu agama menjelang pemilu ini sudah luar biasa. Padahal di negara Islam seperti Lebanon, isu tersebut tidak pernah dimunculkan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Di Lebanon, isu agama itu murahan. Justru di sana sudah disetting, presidennya Islam, perdana menteri Kristen, DPR-nya syiah," ujar Amir.

Terkait Pilpres 2019, Amir mengimbau masyarakat agar tidak menggunakan isu SARA. Isu tersebut dinilai hanya akan memecah belah persatuan bangsa.

"Kita tidak usah disibukkan urusan kafir, apakah dia Islam, dari golongan mana, tapi kita harus melihat dari frame negara demokrasi," ujarnya.

Yudi yang dahulu merupakan jaringan Aman Abdurrahman dan Dulmatin di Aceh, menambahkan bahwa politisasi SARA dan hoaks dapat menumbuhkan intoleransi antar kelompok. Jika berlarut-larut, intoleransi bakal menjadikan masyarakat radikal.

"Penting anak muda sekarang dipahamkan mengenai hoaks agar menjadi agen melawan hoaks. Seperti di Suriah, framing dan pembentukan opini itulah yang menyebabkan perpecahan," katanya.

Terkait Pilpres, Yudi menilai sah seseorang menentukan siapapun pilihannya. Namun yang terpenting ialah menjaga toleransi antarmasyarakat.

"Kalau ada pemikiran pemimpin harus Islam, ya itu sah-sah saja. Yang masalah itu ketika kita mengungkapkannya dengan nada provokatif, kemudian menyakiti saudara kita sebangsa setanah air," ujar dia.

Sementara itu, Ken Setiawan yang pernah menjadi perekrut terbanyak anggota Negara Islam Indonesia (NII), mengajak masyarakat berpikir kritis dalam melihat sebuah isu. Jangan mudah terprovokasi akibat isu yang memecah belah bangsa.

"Kita harus kritis. Walaupun tampilannya agamis, pakai kitab suci. Memang kitab suci benar, tapi orang yang membawa kitab suci belum tentu benar," katanya.

"Islam itu rahmatan lil alamin. Kalau kita belajar Islam, akhlak kita semakin baik, kita menjadi tersenyum dan membuat orang tersenyum. Kalau kita belajar Islam menjadi pemarah maka kita belajar pada orang yang salah," pungkasnya.


Saksikan juga video 'Isu SARA Jadi Faktor Penghambat Demokrasi Pemilu!':

[Gambas:Video 20detik]

(bai/bgs)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads