"Utang kita bukan digunakan untuk meningkatkan produksi kita, tapi ternyata malah uang hutang kita digunakan untuk impor, impor, impor (bahan) pangan yang malah merugikan rakyatnya sendiri," katanya saat berpidato di Sasana Hinggil, Keraton, Kota Yogyakarta, Rabu (28/11/2018).
Menurut Prabowo, dengan semakin meningkatnya utang negara bukanlah menambah kuat suatu negara, melainkan semakin melemahkannya. Terlebih, pemerintah berwacana melakukan impor bahan bakar 100 persen dari luar negeri.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tim Koalisi Adil Makmur punya gagasan besar yang kami sebut strategi dorongan besar dan dengan hal itu kita akan menuju swasembada pangan, swasembada energi, air bersih dalam waktu dekat. Karena ahli-ahli bumi mengatakan tahun 2025 bumi akan mengalami defisit air bersih, jadi kita harus siap menghadapi kemungkinan terburuk," imbuhnya.
Selain itu, dampak dari utang yang terus menumpuk berakibat pada kurangnya cadangan uang dan kekayaan sumber daya yang dimiliki Indonesia. Diungkapkannya, hal itu jelas berdampak pada sektor militer dan sektor lain yang akan melemah.
"Bagaimanapun negara yang tidak punya cadangan uang, tidak punya kekayaan, pasti mengalami kelemahan di beberapa sektor. Kalau saya katakan lemah tidak berarti saya asal bicara, wong ternyata menteri pertahanan pemerintah ini sendiri bilang kalau Indonesia terpaksa perang hanya bisa 3 hari," katanya.
"Karena itu kita harus membuat negara kuat, nanti kalau semua lemah bagaimana bisa kita menjaga wilayah dan kekayaan kita ini," lanjutnya.
Prabowo Subianto menilai Indonesia saat ini berada di persimpangan jalan. Ada dua pilihan untuk rakyat saat ini.
"Memilih keadaan seperti sekarang yang mana segelintir orang tambah kaya dan lainnya hanya jadi penonton, atau memilih suatu pemerintah yang bersih, pemerintah yang anti korupsi, pemerintah yang akan menjaga kekayaan rakyat, kekayaan bangsa agar dapat dinikmati rakyat Indonesia," ujarnya.
Karena itu Prabowo berpesan agar rakyat jeli melihat dan menentukan pilihannya dalam Pilpres mendatang.
"Dikatakan membangun infrastruktur, dikatakan pertumbuhan 5 persen, saya bertanya pertumbuhan untuk siapa? Pertumbuhan ini milik siapa? Yang jelas pertumbuhan ini tidak dimiliki rakyat Indonesia. Saat ini kekayaan Indonesia tidak tinggal di Indonesia, karena itu tidak mungkin Indonesia sejahtera," pungkasnya.
Simak Juga 'Ini Pengakuan Prabowo yang Kesulitan Ajukan Kredit dari Bank Indonesia':
(mbr/mbr)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini