"Tidak ada yang istimewa. Lagian Ahok kan sudah biasa pindah-pindah parpol. Masyarakat sudah tahu itu. Jadi kami menanggapinya biasa saja," kata Saleh saat dihubungi, Selasa (27/11/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sukses di Belitung, Ahok lalu berlabuh ke Partai Golkar dan berhasil mengunci satu kursi di DPR. Setelah itu, Ahok berpindah ke Partai Gerindra dan dicalonkan sebagai cawagub DKI berdampingan dengan Joko Widodo (Jokowi) pada 2012.
Kembali ke Saleh. Dia meyakini bergabungnya Ahok ke PDIP tidak akan mendongkrak elektabilitas capres petahana, Jokowi. "Bergabungnya Ahok ke PDIP dinilai tidak menambah suara untuk Jokowi. Malah, bisa jadi dukungan semakin berkurang. Setidaknya, masyarakat akan ingat kembali kejadian yang terjadi tempo hari," sebutnya.
Saleh kemudian menyinggung soal Ma'ruf Amin yang kini menjadi cawapres Jokowi. Dia bicara soal kesaksian Ma'ruf selaku Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang memberatkan Ahok dalam kasus penodaan agama.
"Kami senang aja melihat kebaikan Pak Ahok. Dengan mendukung pasangan Jokowi-Ma'ruf, berarti dia sudah memaafkan dan memahami fatwa MUI yang kala itu dikeluarkan oleh MUI. Saya yakin, masyarakat akan mengingat ini," tutur Saleh.
Baca juga: Djarot: Ahok Ingin Masuk PDIP |
Sebelumnya, kabar tentang merapatnya Ahok ke PDIP disampaikan Ketua DPP PDIP Djarot Saiful Hidayat dalam acara konsolidasi PDIP di Yogyakarta. Djarot menyebut Ahok bercerita ingin bergabung dengan PDIP jika masuk ke dunia politik lagi.
"Karena yang berani betul di garis depan, ketika ada yang melawan Pancasila, ketika ada yang menghina seseorang warga negara, mencaci, membenci, dan sebagainya, yang berani paling depan adalah PDI Perjuangan. Ini betul. Makanya dia bilang, 'Kalau nanti saya masuk politik, saya akan pasti masuk PDI Perjuangan,'" kata Djarot, menirukan pesan Ahok saat konsolidasi PDIP di kantor DPC PDIP Sleman, Yogyakarta, Senin (25/11). (zak/elz)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini