Pada tahun 2013, Sigandul kembali terisolir karena terjadi gempa bumi akibat Kawah Timbang (Banjarnegara) bereaksi. Abdul Khamid, wara setempat, menceritakan Bupati Batang saat itu, Yoyok Riyo Sudibyo, merasa prihatin dengan kondisi warga Sigandul. Dia datang langsung ke Sigandul dengan jalan kaki dari Kecamatan Bawang.
"Jalan satu-satunya dari Bawang ya jalan kaki. Sebenarnya dia (Yoyok) datang bersama rombongan. Karena beliau (mantan) tentara, jalannya cepat dan meninggalkan rombongan menembus hutan dan sampai di sini duluan," papar Khamid, Minggu (18/11/2018).
![]() |
Satu-satunya jalan menuju ke lokasi itu adalah jalan kaki menyusuri tebing di lereng Gunung Prau dan Gunung GonΒdomayit di dataran tinggi Dieng. Karena dampak gempa beberapa jalan mengalami longsor. Karena itu, bupati dan rombongan memutar. Jarak yang semula ditempuh dua jam, harus memutar menjadi empat jam.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
''Saat itu ada orang sendirian jalan kaki yang tiba-tiba datang ke dusun kami mengaku sebagai bupati Batang. Kami tertawakan, kami tidak percaya. Kami baru percaya setelah sekitar setengah jam ada rombongan lain datang, termasuk kepala desa dan lain-lainnya," kenang Abdul Khamid.
![]() |
Kedatangan bupati saat itu menurutnya hanya ingin memastikan kondisi warga dusun Sigandul. "Kami kira dia orang yang mengaku-aku, ternyata memang Pak Bupati beneran," lanjut Khamid yang mengaku sama sekali tidak mengenal pejabat daerahnya.
Dusun Sigandul di Kabupaten Batang, terletak di lereng dataran tinggi Dieng. Dusun itu dinyatakan hilang pada tahun 2004 ketika Pemkab setempat mengosongkannya dengan merelokasi seluruh warga ke desa lain demi alasan keselamatan karena berada di zona merah bencana longsor. Namun ternyata warga kembali menghuninya. (mbr/mbr)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini