"Ya minta maaf tentu adalah bagian dari tradisi bangsa Indonesia ya. Dan saya kira kita berkepentingan untuk melestarikan itu. Tetapi minta maaf tentu harus didasari sebuah perbuatan yang dianggap keliru, yang dianggap salah," ujar Juru Bicara TKN Jokowi-Ma'ruf, Ahmad Basarah di Gedung DPR RI, Senayan, Jakarta, Selasa (13/11/2018).
Basarah kemudian memberikan klarifikasi terkait kata 'budek-buta' yang diucapkan Ma'ruf. Dia menegaskan, tak ada niat dan motif apalagi kesengajaan diksi 'budek-buta' itu ditujukan kepada kaum difabel.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kendati demikian, Politikus PDIP itu mengatakan, pihaknya akan mendiskusikan perihal permintaan maaf tersebut bersama Ma'ruf. Nantinya akan dikaji perihal konteks dan konten penggunaan diksi 'budek-buta' oleh Ma'ruf untuk memutuskan tindak lanjut setelahnya.
"Tapi sekali lagi bagi kami permintaan maaf kepada siapapun itu adalah tradisi dan budaya bangsa Indonesia yang saya kira bukan merupakan suatu tindakan yang tidak baik. Tindakan yang baik dalam suatu tradisi kehidupan bangsa kita," kata Basarah.
Penyandang disabilitas yang tergabung dalam Forum Tunanetra Menggugat menyesalkan pernyataan Ma'ruf. Menurut mereka, pernyataan tersebut mencederai perjuangan kaum disabilitas di tengah masyarakat. Ma'ruf Amin dituntut untuk minta maaf kepada penyandang disabilitas di tanah air.
"Kami menyesalkan dan prihatin atas pernyataan KH Ma'ruf Amin. Ketika kita berjuang melawan stigma di tengah-tengah masyarakat, pernyataan ini mencederai dan menenggelamkan perjuangan kami," kata penggerak Forum Tunanetra Menggugat, Suhendar, di Wytaguna, Jalan Pajajaran, Kota Bandung, Senin (12/11).
Ma'ruf Amin sendiri sudah menjelaskan maksud ucapan 'budek' dan 'buta'. Ia menegaskan, ucapannya tidak menuduh seseorang. Ucapan tersebut juga termuat dalam ayat Alquran. Ia merasa heran jika ucapannya disoal.
"Saya tidak marah, dan bukan sedang menuduh siapa-siapa. Saya cuma bilang, kalau ada yang yang menafikan kenyataan, yang tak mendengar dan melihat prestasi, nah sepertinya orang itu yang dalam Alquran disebut αΉ£ummum, bukmun, 'umyun. Budek, bisu, dan tuli," ujar Ma'ruf kepada Tim Blak blakan detikcom , Sabtu (10/11).
"Artinya orang yang tak mendengar, orang yang tak mau melihat, yang tak mau mengungkapkan kebenaran itu namanya bisu, budek, buta. Jadi itu bahasa 'kalau' ya. Saya tak menuduh orang, atau siapa-siapa. Saya heran, kenapa jadi ada yang tersinggung. Tak menuduh dia kok," kata Ma'ruf.
Simak Juga 'Sosok Habib Rizieq di Mata KH Ma'ruf Amin':
(mae/gbr)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini