Kondisi ini terjadi di sumur milik Firman Efendy. Sumur berdiameter 90 cm dengan kedalaman sekitar 3 meter itu terletak di halaman depan rumah Firman.
Salah seorang pekerja bangunan di rumah Firman, Wuliyono (50) mengatakan, berubahnya air sumur terjadi sejak seminggu terakhir. Air yang diambil dari sumur itu berwarna kecokelatan. Baunya pun mirip dengan tetes tebu (molase).
"Airnya seperti teh, baunya seperti tetes tebu. Kalau rasanya saya tak berani mencoba," kata Wuliyono kepada wartawan di lokasi, Senin (12/11/2018).
Sebelumnya, lanjut Wuliyono, air sumur tak berbau dan jernih. Sumur ini menjadi andalan para pekerja bangunan di rumah Firman untuk minum, masak, mandi dan menyiram tanaman.
Sumur tersebut dibuat sekitar setahun lalu, hampir bersamaan dengan dimulainya pembangunan rumah Firman. Para pekerja menempati rumah yang dalam proses pembangunan karena sebagian besar berasal dari Malang.
"Sekarang tak berani pakai air sumur ini. Selain itu, pekerjanya orang sekitar sini sehingga tak perlu pakai air sumur ini," ungkapnya.
Dia menduga, air sumur di rumah Firman ini tercemar pupuk cair untuk tanaman tebu. Rumah berpagar tinggi ini terletak di antara perkebunan tebu. Dalam sepekan terakhir, perkebunan tebu itu digelontor dengan pupuk cair.
"Bau dan warnanya mirip dengan pupuk cair yang disiramkan ke lahan tebu depan rumah ini," tandasnya. (fat/fat)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini