Hal tersebut disampaikan Ganjar saat melakukan pertemuan dengan CEO International Manpower Development Organization Japan (IM Japan) Kyoei Yanagisawa di Tokyo, Rabu (7/11/2018). IM Japan merupakan perusahaan yang menjalin kemitraan pekerja magang dengan Jawa Tengah sejak 1993.
"Program ini sangat disenangi karena bisa menimba ilmu dan pengalaman langsung di Jepang sehingga mereka bisa menjadi tenaga kerja terlatih," kata Ganjar dalam keterangan tertulisnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ganjar mengatakan, dari 15 negara peserta program magang, Indonesia adalah negara dengan peserta terbanyak dibanding negara lain. Sejak 1993 tercatat 41.377 orang yang separuhnya dari Jawa Tengah, sekitar 21 ribu. Sementara itu Thailand hanya 4.557 dan Vietnam 5.663.
"Meskipun, peserta harus melewati tes yang cukup susah. Yang lolos itu cuma 20-30 persen. Ini jadi catatan buat kami. Barangkali perlu ditingkatkan persiapannya, terutama fisik dan bahasa," katanya.
Melihat keseriusan Pemprov Jateng dalam program magang tersebut, CEO IM Japan Kyoei Yanagisawa bakal berkunjung langsung ke Jawa Tengah. Terlebih beberapa perusahaan Jepang telah berdiri, Kubota misalnya, salah satu pabrik yang berdiri di Semarang.
Untuk jajaran manajemen dan pekerja rata-rata diisi alumni IM. Dan Produk Kubota Semarang telah menembus pasar ekspor dunia. Hal itu tidak terlepas dari skill yang mereka peroleh ketika jadi peserta magang di Jepang.
"Tes memang ketat karena kondisi yang dibutuhkan di sini berbagai macam. Tapi kami berharap setelah selesai magang mereka punya skill untuk membantu pengembangan ekonomi indonesia," katanya.
Ada dua program magang yang dibuka IM, yakni tiga dan lima tahun. Untuk program 3 tahun peserta akan memperoleh uang saku 500 ribu yen atau Rp 64.965.143, dan untuk program lima tahun akan memperoleh 1 juta yen atau Rp 129.930.287.
"Dan jika ditambah gaji, ketika selesai magang peserta bisa bawa pulang uang antara Rp300 juta hingga Rp500 juta rupiah. Uang ini bisa jadi modal sebagai wirausaha, kalau mau bekerja akan ditempatkan di perusahaan Jepang di Indonesia," katanya.
Selain ke IM Japan, Ganjar juga melakukan kunjungan ke Pabrik Heiwa Kogyo, distrik Kehinjima Tokyo. Di sana Ganjar bertemu dengan peserta magang dari Jawa Tengah. Tri Wibowo salah satunya. Kepada Ganjar Tri mengatakan yang paling dia rasakan setelah bekerja di Jepang adalah etos kerja serta kemandirian.
"Di sini selain bekerja juga belajar budaya dan etos kerja keras dan mandiri. Kalau mau makan, ya masak sendiri. Libur dua hari dalam sepekan," kata Tri.
Meski beretos kerja tinggi dan mandiri, Tri tetap memperhatikan keluarga di Sukoharjo dengan mengirimkan uang sekitar Rp 5 juta per bulan. Bersama rekannya, Ali mahfud dari Grobogan dan Andri Setiono dari Cilacap, setiap bulan dia menerima gaji sebesar 90.000 Yen atau setara Rp 11.693.725.
Di pabrik pewarnaan plastik yang telah berdiri sejak 1946 itu, program magang pekerja Indonesia telah berlangsung sejak 1995. Saat ini peserta magang dari Indonesia ada 15 orang, dari Jateng terdapat 5 orang dan rencananya pada Maret 2019 datang lagi 4 orang.
"Dulu saya bekerja di The Park Mall Solo. Setelah mengikuti program pelatihan dan peluang bekerja di Jepang oleh Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Jateng, akhirnya saya memutuskan merantau untuk memperbaiki perekonomian keluarga," katanya. (idr/ega)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini