Ketiga siswi yang diketahui berinisial M (13), R (13) dan F (13) memberikan keterangan tentang insiden yang mereka alami di hadapan orang tua dan para guru, tak terkecuali oknum guru pelaku kekerasan, yaitu Riki Riyanto.
Sejumlah siswa lain juga dihadirkan sebagai saksi. Satu-persatu dari mereka memberikan penjelasan.
"Saat itu jam kosong, tidak ada gurunya. Teman-teman ramai. Lalu semuanya dihukum di lapangan sekolah," tutur salah satu saksi mata, MR di dalam forum, Jumat (26/10/2018).
Namun dari informasi yang dihimpun detikcom, pada hari Kamis (18/10), kegaduhan di kelas terjadi ketika sebagian siswa laki-laki bermain klothekan (memukul-mukul meja).
Sebenarnya ada satu siswa lain yang dipercaya oleh guru untuk mengawasi dan mencatat nama-nama anak yang membuat kegaduhan. Ia lantas melaporkan daftar nama tersebut kepada Riki yang berada di ruang guru, di lantai satu.
Pada saat itu ada 10 siswa yang kemudian dipanggil oleh Riki dan dihukum berdiri di tengah lapangan. Setelah itu masalah selesai.
![]() |
Namun sepekan berikutnya, yaitu pada hari Kamis (25/10), kelas lagi-lagi gaduh. Karena jengkel, Riki mendatangi kelas dan memanggil ketiga siswi yang menjadi korban kekerasannya.
"Saat itu saya melihat M disuruh makan kaos kaki, kalau R dan F disuruh makan sepatu. Saat itu pak Riki sambil marah begitu," lanjut MR.
MR menambahkan mulut M disumpal kaos kaki karena sepatunya berukuran besar. Namun nahas bagi R dan F yang dijejali mulutnya dengan sepatu hingga mengeluarkan air liur.
Bahkan tak hanya dijejali sepatu, menurut pengakuan M, kepala mereka juga dibenturkan satu sama lain.
"Kemarin mulut saya dijejalin kaos kaki dan juga ditampar," tutur M.
Dari keterangan orang tua M, Sudarmadji, putrinya mengaku tak ikut gaduh di kelas hari itu. Ia pun heran mengapa dipanggil oleh Rifki lalu mendapatkan kekerasan.
"Tadi siswa yang bagian mencatat yang gaduh di kelas tidak ada (tidak dihadirkan). Padahal waktu itu anak saya pindah ke depan untuk ambil air minum saja," ujar Sudarmadji.
Sementara itu, di tempat yang sama, Riki, oknum guru yang melakukan penamparan terhadap siswa mengaku hal itu dilakukan lantaran ketiga siswa ini melakukan pelanggaran berulang kali.
"Siswanya kan sudah dua kali melakukan pelanggaran. Makanya saya tampar. Pertama kan sudah. Ternyata kok kamu lagi, berarti kamu kan sudah dua kali melakukan pelanggaran, supaya mereka jera dan pembelajaran bagi yang lainnya," ungkap Riki. (lll/lll)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini