Cerita Pahit Tiga Pelajar di Surabaya yang Jadi Korban Kekerasan Kasek

Cerita Pahit Tiga Pelajar di Surabaya yang Jadi Korban Kekerasan Kasek

Rahma Lillahi Sativa - detikNews
Kamis, 27 Sep 2018 09:34 WIB
Foto: Zaenal Effendi
Surabaya - Tiga pelajar SMKN 1 Surabaya menjadi korban kekerasan fisik dari kepala sekolahnya, mulai dari ditampar hingga dijambak. Insiden ini terjadi saat ujian berlangsung.

Cerita bermula dari ulah sejumlah siswa yang ngobrol dan bercanda di dalam kelas saat ujian berlangsung. Oleh guru pengawas, anak-anak yang sudah selesai mengerjakan ujian diperbolehkan keluar terlebih dahulu.

"Kami dari kelas melakukan kesalahan. Yang sudah selesai ulangan agak ramai di kelas. Guru penjaga ulangan akhirnya menyuruh yang sudah selesai boleh keluar," kata korban lain berinisial Z kepada detikcom, Rabu (26/9/2018).

Menurut Z, awalnya bukan dia yang menjadi sasaran kekerasan sang kepala sekolah, melainkan teman sekelasnya, MRA yang ditampar pipinya dan dua teman lainnya yang dijambak.


Saat para siswa yang sudah selesai ujian berada di luar, Kepala SMKN 1 Surabaya yang bernama Bahrun mendatangi para siswa sambil marah-marah.

"Setelah semua sudah keluar, tiba tiba kepala sekolah datang sambil teriak teriak, 'Ngapain di luar, sok pintar'," tambah Z menirukan ucapan Bahrun.

Foto: Zaenal Effendi

Usai memarahi siswa, Z mengatakan Bahrun kemudian mendatangi penjaga ujian dan meminta hasil ujian para siswa. Tak disangka setelah itu, emosi Bahrun justru makin menjadi-jadi.

"Kan ada nomor (soal) yang tidak bisa lalu sambil bilang, 'Opo iki SMK 1 nek isine ngene goblok kabeh' (apa ini SMK 1 kalau begini bodoh semua) sambil menampar. Lumayan sampai kacamatanya MRA jatuh di depan sema pelajar," tambah Z.

Z yang juga ketua kelas 11 Multimedia 2 itu kemudian berusaha meminta maaf kepada Bahrun. Namun sang kepala sekolah malah memukul tangannya.


Di hari yang sama, orang tua MRA, Budi Sugiharto datang ke sekolah dan meminta Bahrun untuk mundur dari jabatannya. Menurutnya, hal ini diperlukan karena khawatir anaknya mengalami trauma.

"Saya minta supaya mundur dengan ikhlas daripada anak saya mengalami trauma berkepanjangan. Apalagi anak saya inklusi, takutnya trauma berkepanjangan dan tidak mau sekolah," kata Budi di sela pertemuan dengan staf SMKN 1 Surabaya.

Surat pernyataan dari Kepala SMKN 1 Surabaya. (Foto: Zaenal Effendi/File)

Budi juga mendesak permintaan maaf secara langsung dari kepala sekolah. "Permintaan maaf harus dari yang mulut yang bersangkutan, jangan melalui yang lain (Wakasek)," tambah Budi dengan nada emosi.

Bahrun tidak menghadiri pertemuan tersebut dengan alasan sedang memimpin rapat pameran pendidikan. Ia digantikan oleh Wakil Kepala SMKN 1 Surabaya bidang Kesiswaan, Asslamet.

Asslamet mengaku sangat terkejut dengan kejadian yang menimpa empat siswa kelas 11 Multimedia 2 tersebut.

"Pertama kami pihak sekolah memohon maaf atas kejadian ini. Terus terang saya terkejut dan saya sendiri juga tidak tahu sendiri kejadian ini. Tapi saya yakin beliau khilaf karena selalu mengingatkan para guru agar tidak main tangan dan fisik dalam mendidik. Beliau tadi juga sempat kami hubungi melalui telepon, meminta maaf sedalam-dalamnya," tutur Asslamet.

Namun belakangan Bahrun akhirnya muncul dan menyampaikan permintaan maaf secara langsung kepada Budi selaku orang tua MRA. Ia mengaku khilaf karena telah melakukan tindak kekerasan kepada anak didiknya.

"Saya minta maaf, saya tadi khilaf. Niat saya tadi agar siswa bersungguh-sungguh mengerjakan soal sampai tuntas. Saya mohon maaf," tandas Bahrun.

Selain meminta maaf secara langsung, Bahrun juga membuat surat pernyataan di atas materai yang ditandatangi olehnya, orangtua MRA, Budi Sugiharto serta Kapolsek Wonokromo, Kompol Rendy Surya.

Foto: Istimewa



Budi sempat mengaku kecewa dengan sikap Kepala SMKN 1 Surabaya yang memilih sembunyi dan tidak menemuinya sejak awal. Sebelumnya ketika Budi datang ke sekolah, Bahrun tidak menemuinya dengan alasan membuka rapat pameran pendidikan. Ia juga menitipkan permintaan maaf kepada Wakil Kepala Sekolah.

"Harusnya kan sejak awal mendatangi dan meminta maaf secara langsung. Bukan bersembunyi dengan alasan hadiri rapat tapi ternyata tetap di sekolah, bersembunyi," ujar Budi.

Budi menambahkan, masalah kekerasan yang terjadi pada anaknya dianggap sudah selesai. Pihaknya juga menyerahkan sanksi untuk Bahrun kepada Gubernur Jatim atas kekerasan fisik yang dilakukan sang kepala sekolah terhadap ketiga siswanya.

"Masalah ini sudah selesai, sudah saling memaafkan, tapi Gubernur Jatim yang menaungi pengelolaan SMA/SMK bisa menilai tindakan atau perbuatan anak buahnya. Kalau mau dicopot atau tidak kami serahkan ke Pakdhe (Gubernur Soekarwo)," tegasnya.



Saksikan juga video 'Keterlaluan! Guru Tampar Siswa SMP di Kelas':

[Gambas:Video 20detik]

(lll/lll)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya
Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.