Sekretaris PT RUM, Bintoro Dibyoseputro, memastikan pabrik rayon itu sudah tidak berproduksi. Dia juga mengajak awak media membuktikan langsung dengan mengecek lokasi produksi.
Namun mengenai bau yang masih muncul, pihaknya terus melakukan perbaikan. Bau tersebut, kata Bintoro, berasal dari sisa-sisa limbah yang berada di luar sistem.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selama ini pun, PT RUM mengklaim telah melakukan serangkaian usaha secara optimal. Salah satunya ialah menutup selokan-selokan di tempat pengelolaan limbah cair, sehingga memungkinkan bau tidak menyebar.
"Kami menduga bau itu karena ada sisa-sisa bahan yang tercecer. Bisa karena pegawai kami yang mungkin mengantuk. Karena produksinya kan pakai asam amoniak, satu tetes saja sudah bau," ujarnya.
PT RUM juga akan segera melakukan audit terhadap pipa-pipa sambungan beserta keran atah valve untuk memastikan tidak ada kebocoran. Terdapat sedikitnya 12 ribu sambungan dan 4 ribu keran di pabrik itu.
Sementara itu, Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Sukoharjo, Djoko Sutarto, mengakui bahwa PT RUM telah melakukan usaha secara optimal. Namun perusahaan juga harus tetap menampung keluhan warga.
"Memang sudah sangat optimal, namun faktanya warga masih merasakan bau. Posisi kami kan berada di tengah-tengah, harus mengakomodasi semua pihak, kami harap masalah ini segera dituntaskan," pungkasnya. (bai/mbr)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini