Hal tersebut disampaikan dalam laporan Departemen Luar Negeri (Deplu) AS yang dirilis pada Senin (24/9) waktu setempat, seiring pemerintah AS mengumumkan bantuan dana terbaru sebesar US$ 185 juta untuk para pengungsi Rohingya saat pertemuan di PBB mengenai Myanmar.
Laporan Deplu AS tersebut didasarkan pada wawancara pada April lalu dengan 1.024 orang dewasa Rohingya yang mengungsi ke Bangladesh. Laporan tersebut berisi keterangan-keterangan yang konsisten dengan laporan-laporan dari kelompok-kelompok HAM. Meski begitu laporan tersebut menghindari penggunaan istilah genosida atau pembersihan etnis untuk menggambarkan pembunuhan massal warga Rohingya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ruang lingkup dan skala operasi militer menunjukkan bahwa operasi itu terencana dan terkoordinasi dengan baik," imbuh Deplu AS dalam laporannya.
"Di beberapa daerah, pelaku menggunakan taktik yang mengakibatkan korban massal, misalnya mengunci orang-orang di rumah-rumah untuk membakar mereka, memagari seluruh desa sebelum menembaki kerumunan orang atau menenggelamkan perahu yang dipenuhi ratusan warga Rohingya yang melarikan diri," demikian disampaikan Deplu AS.
Dalam laporan itu disebutkan bahwa 82 persen dari pengungsi Rohingya yang diwawancarai, melihat sendiri pembunuhan-pembunuhan, dengan 51 persen juga melaporkan kekerasan seksual. Para pengungsi tersebut mengatakan bahwa para tentara Myanmar memaksa semua perempuan Rohingya meninggalkan rumah mereka untuk selanjutnya dibawa ke hutan, lapangan, dan tempat-tempat lainnya untuk diperkosa secara bergiliran.
"Banyak korban dilaporkan tewas sesudahnya, meskipun tidak dalam semua kasus," demikian laporan Deplu AS, seraya menambahkan bahwa para tentara dalam beberapa kasus akan pergi dari pintu ke pintu untuk mencari gadis-gadis "tercantik" untuk diperkosa beramai-ramai.
Para saksi mata tersebut mengatakan, dalam sekitar 88 persen kasus, pelaku kekejaman tersebut adalah militer Myanmar.
Tonton juga 'Kata Suu Kyi Soal 2 Wartawan yang Dibui 7 Tahun':
(ita/ita)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini