Megawati Sarankan Mundur, Kwik Kian Gie: Mbak, Kita Mati Bareng

Megawati Sarankan Mundur, Kwik Kian Gie: Mbak, Kita Mati Bareng

Sudrajat - detikNews
Kamis, 20 Sep 2018 13:10 WIB
Kwik Kian Gie (Edi Wahyono/detikcom)
Jakarta -
Soerjadi, Kwik Kian Gie dan putrinya, Puan Maharani, Megawati(Dari kiri ke kanan) Soerjadi, Kwik Kian Gie, putri Kwik, Puan Maharani, Megawati (Foto: Repro: Menelusuri Zaman)

Kehadiran Kwik Kian Gie di acara pembukaan Rakernas III PDI Perjuangan di Ancol, 6 September 2013, mengundang perhatian hadirin. Apalagi dia hadir dengan mengenakan kemeja merah lazimnya para kader partai berlambang kepala banteng dengan moncong putih. Maklum, sejak Pilpres 2004, dia boleh dibilang menjauh dari PDIP.

Pemicunya adalah kekalahan Megawati pada pemilu presiden melawan Susilo Bambang Yudhoyono. Menurut Kwik, kekalahan itu tak lepas dari kerja tiga elite partai yang dinilai kurang becus. Dia menyebut ketiganya, yakni Sekjen PDIP Sutjipto, Pramono Anung (Wasekjen), dan Gunawan Wirosarojo (Ketua DPP PDIP), sebagai 'Gang of Three'. Sebagai bentuk pertanggungjawaban, Kwik meminta ketiganya mundur dari PDIP.

Selain itu, Kwik Kian Gie, yang bergabung ke PDI (P) dan menjadi Kepala Litbang sejak 1987, kemudian mendeklarasikan Komite Pemurnian PDIP untuk menyelamatkan PDIP dari kader-kader busuk pada 30 Oktober 2004. Hampir sebulan sebelumnya, dia memasang iklan di 11 media cetak tentang gerakan pembersihan dan pemurnian PDIP dimaksud.

Ketika Megawati dan 'Gang of Three' tetap bertahan di kepengurusan partai hasil Kongres II PDIP di Bali, 28 Maret hingga 3 April 2005, Kwik memilih berada di luar partai. Pada Juni 2006, Kwik bersama ekonom Prof Sri Edi Swasono, Sukardi Rinakit, dan mantan Menhankam/Pangab Jenderal Wiranto mendeklarasikan Perhimpunan Nasionalis Indonesia.

Kembali ke kehadiran Kwik Kian Gie di Rakernas III PDI Perjuangan di Ancol, rupanya hal itu tak terlalu mengejutkan Megawati. Sebagai ketua umum yang juga sahabat dekat, dia paham betul karakter Kwik. "Dari dulu saya bilang, banyak yang mengeluh soal beliau. Beliau itu kan eksentrik. Biar saja, nanti kembali lagi," ungkap Megawati saat membuka Rakernas.

Sebaliknya, Kwik Kian Gie pun seperti menyimpan kekaguman tersendiri terhadap Mega. Dalam memoarnya yang terbit pada 2017, 'Menelusuri Zaman', dia memaparkan momen-momen kedekatannya dengan Megawati. Sejak bergabung dengan PDI di bawah pimpinan Soerjadi pada 1987, Kwik dan Megawati pernah sama-sama menjadi juru kampanye. Keduanya menjadi magnet baru yang menyihir massa untuk berbondong-bondong menghadiri kampanye PDI.

Pada tahun-tahun berikutnya, Kwik ikut blusukan bersama Mega menemui konstituen di berbagai daerah dengan cara yang sangat berat. Disebut sangat berat karena pertemuan kerap kali baru bisa terwujud setelah pukul 23.30 WIB. Itu pun dalam bentuk hajatan-hajatan keluarga guna menghindari pantauan aparat.

Kwik bersaksi dengan penuh kekaguman betapa Megawati benar-benar menyatu dengan masyarakat yang menjadi konstituennya. Dalam kongres di Surabaya untuk memilih Ketua Umum PDI pada 1993, misalnya, Megawati menolak menginap di hotel. Dia memilih tidur di Asrama Haji bersama sekitar 1.000 anggota delegasi di dalam kamar sangat sederhana tanpa AC dan penuh nyamuk. "Saya menyaksikan sendiri betapa sekujur badannya berbintik-bintik bekas gigitan nyamuk," kata Kwik.

Beberapa jam setelah amuk massa pada 27 Juli 1996, Kwik Kian Gie dipanggil Megawati di kediamannya, Kebagusan, Jakarta Selatan. Mega menyarankan Kwik membuat pernyataan di hadapan puluhan wartawan yang telah berkumpul di halaman. Salah satunya adalah agar menghujat PDI atas terjadinya amuk massa tersebut, lalu menyatakan diri keluar sebagai kader dan anggota PDI. Hal itu harus dilakukan demi kebaikan dan keselamatan Kwik. Tapi dia menolaknya. "Mbak Mega, kita mati bareng," timpal Kwik setengah berbisik.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Tonton juga 'Kwik Bahas Ekonomi Bareng Prabowo, PDIP: Dia Tidak Pindah':

[Gambas:Video 20detik]

(jat/jat)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads