Kwik pernah bersekolah di Nederlandse Ekonomische Hogeschool (NEH) di Belanda. Ayah Prabowo, Sumitro, sudah lebih dulu bersekolah di sana.
"Walaupun jumlah siswa Indonesia yang belajar di NEH sedikit, sejak Republik Indonesia berdiri, bahkan sebelumnya, mahasiswa Indonesia pada NEH selalu terlibat," kata Kwik dalam bukunya yang berjudul 'Menelusuri Zaman, Memoar dan Catatan Kritis', seperti dikutip detikcom, Rabu (19/9/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kwik kemudian menyebut sejumlah tokoh alumni NEH, di antaranya Radius Prawiro, yang pernah menjadi Ketua BPK sampai Gubernur BI, dan Arifin Siregar, yang juga pernah menjadi Gubernur BI. Kwik sendiri pernah duduk di DPR, menjadi Wakil Ketua MPR, hingga jadi Menko Ekuin dan Menteri PPN/Kepala Bappenas.
"Prof Sumitro Djojohadikusumo duduk di berbagai kabinet di dalam pemerintahan Soekarno dan Orde Baru," kata Kwik dalam bukunya.
Usia Kwik dan Sumitro memang terpaut belasan tahun. Sumitro lebih senior. Kwik rupanya cukup menaruh perhatian pada pemikiran Sumitro sebagai seorang begawan ekonomi.
Saat menjabat Menteri PPN/Kepala Bappenas, Kwik pernah memuji Sumitro dalam pidatonya. Kwik menyebut Sumitro sebagai 'Ayatollah Ekonomi'.
"Apakah debt itu juga dikorup, sehingga sekarang sudah tidak mampu lagi membayarnya kembali, walaupun gali lubang tutup lubang sudah dilakukan? Buat saya sangat jelas. Tidak kurang dari mahaguru para arsitek dan pengelola pembangunan negara ini sendiri, yang begitu disegani sehingga disebutnya sebagai Ayatollah Ekonomi, yaitu Prof Sumitro Djojohadikusumo, yang mengatakan bahwa kebocoran dalam penggunaan loan kepada pemerintah Indonesia paling sedikit sebesar 30%," papar Kwik dalam Paparan Menteri Negara PPN/Kepala Bappenas pada Concultative Group on Indonesia (CGI), Jakarta, 7-8 November 2001, seperti diunggah di situs kwikkiangie.com.
Ayatollah atau Ayatullah dalam 'Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)' bermakna 'gelar tertinggi pemimpin spiritual dalam kalangan Syiah di Iran'.
Lewat tulisannya yang berjudul 'Anjloknya IHSG dan Terpuruknya Nilai Rupiah' pada situsnya itu, Kwik mengutip pemikiran Sumitro. Tulisannya itu menanggapi kebijakan pemerintah presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
"Apakah kesenjangan yang demikian besarnya kesalahan dari Presiden SBY yang berkuasa sejak 2004? Tidak. Kondisi seperti ini sudah ada sejak kita merdeka, dan di tahun lima puluhan Prof Sumitro Djojohadikusumo menggambarkannya lagi dalam bukunya yang berjudul 'Ekonomi Pembangunan'," tulis Kwik.
Selain itu, Kwik mengutip pemikiran Sumitro dalam tulisannya yang berjudul 'Platform Presiden 2014'. Tulisannya ini ditujukan kepada capres pada 2014.
"Dalam bidang ekonomi, karena buruknya infrastruktur sampai hari ini boleh dikatakan bahwa struktur ekonomi Indonesia masih bersifat dualistik seperti yang dikenali oleh Prof Boeke di tahun 1930 dalam bukunya yang berjudul 'Dualistische Economie'. Hal yang sama dikenali oleh Prof Sumitro Djojohadikusumo dalam bukunya, 'Ekonomi Pembangunan'. Yang diartikan oleh Prof Boeke dengan istilah ini ialah bahwa perekonomian Indonesia terbagi ke dalam dua kelompok, yaitu ekonomi perkotaan dan ekonomi perdesaan. Ekonomi perkotaan sangat berkembang, sedangkan ekonomi perdesaan masih sangat tertinggal," tulis Kwik yang juga diunggah pada situsnya tersebut. (bag/tor)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini