KH Hamim Tohari Djazuli atau lebih akrab disapa Gus Miek merupakan seorang kiai nyentrik asal Ploso, Kabupaten Kediri. Hingga akhir hayatnya di tahun 1993, Gus Miek dikenal luas kerap berdakwah di dunia remang-remang. Bahkan kabarnya ia keluar masuk lokalisasi, klub malam, tempat perjudian hingga sarang penjahat untuk berdakwah.
Hal ini diamini salah seorang putra (alm) Gus Miek, KH Agus Tsabut Panoto Projo atau yang kerap disapa Gus Tsabut.
Dikatakan Gus Tsabut, ayahnya mulai berdakwah di dunia remang-remang sejak berusia 30 tahun. Bahkan ayahnya dikatakan tidak menunggu diundang, melainkan langsung mendatangi tempat yang dianggap masuk ke dunia hitam tersebut.
"Beliau berdakwah secara langsung mendatangi mereka di lokasi hidup sehari-hari, di lokalisasi, karaoke, preman hingga orang mabuk miras, adalah sasaran dakwahnya," ujar Gus Tsabut saat berbincang dengan detikcom, Senin (17/9/2018).
Ketika dimintai pendapat tentang adanya ulama yang mengikuti jejak sang ayah, pria yang menjadi Mursyid Dzikrul Ghafilin atau dzikir dan shalawat dari (alm) Gus Miek ini justru mengaku prihatin.
Menurutnya, setiap ulama atau pendakwah bisa saja berdakwah dan bersalawat di tempat remang-remang, itu pilihan masing masing pendakwah. Namun ia memiliki harapan tersendiri kepada siapapun yang menjadikan Gus Miek sebagai inspirasi dakwahnya karena ini bukan hal mudah.
"Saya sebenarnya prihatin jika ada ulama atau pendakwah yang ingin mengikuti Gus Miek berdakwah di dunia hitam, karena memang Gus Miek memiliki kelebihan dan keutamaan tersendiri, khususnya dakwah di dunia hitam, yang mungkin tidak dimiliki oleh orang lain," terangnya.
Gus Tsabut menjelaskan, untuk bisa berdakwah di tempat seperti itu, ulama harus ekstra berhati-hati karena kuatnya godaan di dunia remang-remang. Sebab tak jarang agar bisa merangkul orang-orang di dalamnya, para ulama ini harus mengikuti apa yang mereka lakukan.
"Ini sangat berbahaya karena kuatnya godaan dunia remang. Bisa jadi bukan kita yang berhasil mengajak mereka ke pertaubatan dan kebaikan, malah justru kita yang mengikuti jalan mereka," paparnya.
Untuk itu anak kelima Gus Miek ini menyarankan jika ada ulama atau pendakwah yang tidak siap betul dengan hal-hal itu, maka baiknya melakukan dakwah secara normal saja, seperti mengadakan pengajian dan menghidupkan kembali masjid atau musala.
"Jika merasa kurang siap, lebih baik mundur dan berdakwah dengan cara biasa. Di masjid, musala dan salawat biasa," sarannya.
Saksikan juga video 'Dakwah di Klub Malam Dianggap Cari Sensasi, Ini Kata Gus Miftah':
(lll/lll)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini