Dua pelajar ini adalah Miftahul Maulidiya dan Amanda Rizki Maulidiyah. Mereka pelajar kelas 8 MTs NU Trate Gresik. Ide membuat batu bata ini berawal dari banyaknya limbah kerang simping yang mereka lihat di Sukorejo, sebuah kampung nelayan di Gresik.
"Di situ banyak kulit (cangkang) simping yang dibuang begtu saja dan hanya menjadi limbah," ujar Miftah kepada wartawan di MTs Nu Terate Gresik, Senin (11/8/2018).
Simping adalah sejenis kerang yang mempunyai cangkang berbentuk bundar. Cangkang simping tidak keras seperti cangkang kerang lainnya. Cangkangnya tipis, rapuh, dan transparan.
![]() |
Dari situ mereka mulai mereka bereksperimen. Selain cangkang simping, mereka juga menggunakan kertas bekas untuk campuran. Sebagai perekat, mereka menggunakan lem yang biasa digunakan untuk bahan bangunan. Untuk tahap awal, simping dan kertas bekas itu direndam selama seminggu di dalam air.
Setelahnya, cangkang simping itu dihancurkan lalu diblender. Kertas bekas juga dihancurkan lalu diblender. Hasil blender cangkang simping dan kertas bekas itu lalu dicampur dengan perbandingan 200 gram cangkang simping dan 100 gram kertas bekas.
"Cangkang simping dan kertas bekas dicampur menggunakan lem sebanyak 100 gram," kata Miftah.
Campuran itu kemudian dilumat hingga benar-benar rata. Setelah rata, campuran itu mulai dibentuk menjadi batu bata berukuran 7x22x8 cm. Tak ada pembakaran di sini. Batu bata hasil pencetakan kemudian dijemur hingga benar-benar kering selama 7 hari.
![]() |
Miftah dan Amanda menyebut batu bata buatannya mempunyai keunggulan dibanding batu bata yang terbuat dari tanah liat. "Ramah lingkungan, lebih ringan, lebih kuat, dan tahan air," kata Amanda.
Amanda mengatakan batu bata buatannya jelas lebih ramah lingkungan karena dibuat dari limbah. Bandingkan dengan batu bata pada umunya yang dibuat dari tanah liat yang tidak bisa diperbarui. "Kalau tanah liat terus diambil, lahan yang produktif pun akan menjadi tak subur lagi," ujar Amanda.
Untuk kekuatan, Amanda telah membuktikan dengan tes uji tekan. Sebuah palu yang dijatuhkan dari ketinggian 1 meter membuat batu bata tanah liat hancur. Namun palu yang dijatuhkan dari ketinggian sama tak membuat batu bata cangkang simping jadi hancur. "Tetap kuat, tak hancur," bangga Amanda.
Untuk berat, batu bata cangkang simping ini mempunyai berat lebih ringan lebih dari separuh berat batu bata tanah liat. Dan untuk keunggulan tahan air, Amanda mempunyai penjelasannya.
"Kedua batu bata ini sama-sama kami rendam ke dalam 2 liter air dengan waktu sama pula. Hasilnya, batu bata kami hanya menyerap 55% air, sementara batu bata tanah liat menyerap 100% air," lanjut Amanda.
![]() |
Amanda juga menyebut meski ada campuran kertanya, namun karyanya ini tahan api. "Tahan api hingga suhu 70 derajat celcius," tandas Amanda.
Atas karyanya ini, Miftah dan Amanda diganjar juara 3 dalam lomba karya ilmiah National Creative Competition (NCC) tingkat daerah yang diselenggarakan Dinas Pendidikan Gresik. Karya ilmiah ini juga menyabet juara 3 dalam NCC tingkat nasional yang digelar di SMA Darul Ulum Jombang pada Agustus lalu.
Kepala sekolah MTs NU Trate Nduk Muslikhah mengapresiasi dan bangga atas ide kreatif dan pencapaian anak didiknya tersebut. Tak hanya sebagai pengembangan kreatif pola pikir siswa, namun karya ini juga sebagai solusi untuk lingkungan sekitar.
"Karya ini berguna bagi lingkungan untuk mengatas limbah yang ada, yang dianggap sudah tak berguna," ujar Nduk.
Nduk mengatakan alasan menggunakan cangkang simping dan bukan kerang adalah karena sifat cangkang simping yang tak terlalu keras. Jika cangkang kerang yang digunakan, maka akan lebih sulit untuk mengolahnya.
"Kulit (cangkang) simping di Gresik ini banyak, makanya itu kami menggunakannya, selain keunggulan kulit simping dibanding kulit kerang," tandas Nduk. (iwd/fat)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini