Dadak merak merupakan komponen utama dalam pertunjukan reog. Akan tetapi reog memakai bahan utama bulu merak yang harus diimpor dari India. Inilah yang kemudian memicu keresahan para pengrajin.
Mereka juga terpaksa menaikkan harga reog produksinya.
"Biasanya harga 1 reog Rp 25-30 juta naik jadi Rp 27-35 juta," tutur salah satu pengrajin reog, Yudi Hartono saat ditemui detikcom di rumahnya Dusun Tempel, Desa Turi, Kecamatan Jetis, Jumat (7/9/2018).
Yudi menambahkan jika ia biasanya menjual 100 lembar bulu dadak merak mentah seharga Rp 6.000/lembar, maka kini ia harus menjual dengan harga Rp 7.500/lembar. "Naiknya sekitar 20 persen pasca dollar AS menguat," terangnya.
Kendati demikian, bapak 2 anak ini masih tetap berproduksi mengingat banyaknya pesanan dari para pelaku seni reog. Apalagi biasanya di bulan Suro atau pergantian tahun baru Islam, warga Ponorogo kerap menggelar kesenian reog untuk memperingatinya.
"Karena bahan bakunya mahal, jadi saya agak naikkan sekitar Rp 2-5 juta per dadak merak yang sudah jadi," akunya.
Yudi pun hanya bisa pasrah karena bahan baku reog memang hanya ada di India saja. "Penangkaran merak di sana bagus, Indonesia belum ada. Makanya para perajin belinya ke India dan itu impor," katanya.
Untuk membuat satu reog ukuran standar, Yudi mengatakan setidaknya dibutuhkan 1.200-2.700 lembar dadak merak. "Tergantung permintaan, jika ingin dadak merak yang tebal biasanya butuh banyak hingga 2.700 helai. Kalau sedikit ya sekitar 1.200 helai cukup," paparnya.
Pria yang sudah berkecimpung di dunia perajin reog sejak tahun 1993 lalu ini tak hanya mahir membuat reog. Yudi juga bisa membuat barongan, topeng bujang ganong dan reog mini.
"Dalam sebulan saya mampu membuat 2-5 reog dalam berbagai ukuran," pungkasnya.
Saksikan juga video 'Dolar AS Meroket, Jokowi-Prabowo Juga Dirugikan':
(lll/lll)