"Kelompok radikal zaman now beda dengan zaman old. Kalau kelompok zaman old yang dicari itu kelompok yang matang dan punya pengalaman, kalau zaman now itu yang dicari pemuda remaja bahkan anak-anak. Karena kondisi pemuda Indonesia itu sangat ideal bagi pengembangan ideologi radikal," kata Hikam di forum diskusi.
Hal itu disampaikannya di seminar nasional 'Penanggulangan Paham Radikal Pada Remaja Guna Mencegah Paham Terorisme' di Hotel Gran Mahakam, Jalan Mahakam, Kebayoran Baru, Senin (27/8/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: JAD Dipukul, Pengikutnya Dirangkul |
Hikam menambahkan anak muda jadi target penyebaran radikalisme karena masih punya jiwa muda. Selain itu, biasanya anak muda yang terpapar radikalisme ialah yang baru mendalami agama. Faktor lainnya ialah sifat ingin menunjukkan eksistensi diri.
"Kenapa anak muda jadi sasaran menarik? Pertama karena anak muda terpikat oleh etos perjuangan melawan kebobrokan, penindasan pada lantaran lokal, nasional maupun global, biasanya yang tertarik mereka yang baru belajar agama atau mualaf, jadi cenderung orang yang baru masuk Islam ingin menunjukkan dia lebih Islam dari siapa saja, untuk itu dia ingin menunjukkan," jelas Hikam yang menjabat sebagai menteri di periode 1999-2001.
Hikam melanjutkan, anak muda yang mudah sekali terpapar radikalisme ialah yang belajar secara autodidak atau melalui media sosial saja. Dia mengatakan lembaga pendidikan punya peran penting dalam membangun karakter generasi muda.
"Ini yang penting adalah peran institusi keagamaan yang nonkonvensional. Kalau yang konvensional seperti pesantren justru malah jadi bentengnya, paling sulit paham radikal masuk ke pesantren," sambungnya.
Selain itu, anak muda yang kurang kurang bergaul dengan teman-temannya juga mudah terpapar radikalisasi. Mereka termasuk yang diincar kelompok radikal tersebut.
"Kemudian anak muda yang terpapar itu kurang gaul. Jadi harus bergaul supaya lihat orang bermacam-macam, dan juga harus mempunyai hubungan erat dengan kelompok muslim arus utama agar tidak terkena paham radikalisme," kata Hikam yang berasal dari PKB ini.
Terakhir, Hikam menyarankan agar deradikalisaai tidak hanya sekadar program dari pemerintah saja tetapi juga dijadikan gerakan nasional. Guna mencegah para remaja terkena radikalisme.
"Apa yang harus dilakukan? Menurut saya deradikalisasi nggak bisa proyek dan program saja, dia harus bisa jadi gerakan nasional terutama generasi muda, pendekatannya harus budaya, humanis dan komunikatif," pungkasnya.
Waspada! Radikalisme Incar Kade Profesional di Kampus, Simak Videonya:
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini