SMK 23 PGRI telah mengelurkan Teo (19) dari sekolah atas dugaan penganiayaan terhadap siswa kelas 1 Robert Wanggai, adik eks pesepakbola Imanuel Wanggai. Seperti apa sosok Teo ini?
"Dia umurnya emang udah 19 tahun, pernah tinggal (tidak naik) kelas juga," kata Kepsek SMK 23 PGRI Mansur kepada detikcom di kantornya, Srengseng Sawah, Jagakarsa, Jakarta Selatan, Kamis (23/8/2018).
Menurut Mansur, Teo dalam asuhan pamannya mengingat ibunya bekerja sebagai tenaga kerja wanita (TKW). Sebelum ada kejadian ini, Teo juga pernah bermasalah di sekolah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pihak sekolah langsung mengambil tindakan begitu mengetahui adanya penganiayaan terhadap Robert. Apalagi, kasus ini cukup serius, mengingat Robert mengalami pecah limpa setelah insiden penganiayaan yang terjadi di lingkungan sekolah itu.
"Kita tahu juga dari si anak WA ke wali kelasnya. Kalau (tahu) persis kejadian itu langsung ditindak," ucapnya.
Pihak sekolah memang baru mengetahui kejadian itu setelah Robert dirawat di rumah sakit. Saat kejadian, pihak sekolah memang tengah disibukkan dengan agenda 17 Agustusan.
"Karena waktu itu kita lagi kegiatan ramai kan. Setiap guru sudah ngawasin siswa semua," ucapnya.
Ia menambahkan, sebelum memutuskan untuk mengeluarkan Teo, pihak sekolah mengklarifikasi kejadian tersebut kepada Teo. Teo, kata Mansur, mengakui telah melakukan pemukulan tersebut.
"Jadi waktu itu dia diminta aja ke bawah, terus dipukulin itu, kita juga nggak tahu masalahnya apa. Tapi tetap kita komunikasi juga untuk selesaikan," tuturnya.
Mansur menyayangkan insiden ini. Ia mengatakan, pihaknya senantiasa melakukan pengawasan terhadap murid-muridnya agar tidak terjadi bullying atau kenakalan remaja lainnya.
"Kita kerja sama dengan Kapolsek Jagakarsa, Koramil, Intel, maka saya kaget dengan kejadian seperti ini. Karena untuk MPLS aja kita kerja sama sama Koramil, kita udah maksimal. Kebetulan kan ini masih lingkungan Abri," tuturnya.
Kejadian ini menjadi pembelajaran bagi semua pihak. Mansur mengatakan, pihaknya juga akan memperketat pengawasan agar kejadian serupa tidak terulang kembali.
"Kita lebih waspada lagi yang namanya anak kan kita nggak tahu ya. Kita udah semaksimal mungkin agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Saya juga merasa terpukul dengan kejadian seperti ini," lanjutnya.