Masa tanpa katering itu terentang sejak Kamis (16/8) sampai Selasa (27/8). Di tengah periode itu, ada masa Armina (Arafah, Muzdalifah, dan Mina). Pada masa ini, jemaah haji tetap mendapatkan makanan yang disuplai dari dapur lapangan.
Untuk diketahui, pada periode Kamis (16/8) sampai Selasa (27/8), Mekah penuh sesak. Lebih dari 2 juta jemaah haji dari berbagai penjuru dunia datang ke kota suci ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Itu bukan karena makanannya tidak ada, bukan karena dapur makanannya tidak bisa memproduksi makanan, tapi karena tidak mempunyai akses distribusi ke hotel-hotel. Bapak-Ibu sekalian, jadi problemnya di situ," ujar Lukman kepada jemaah di Hotel 414, Raudhah, Mekah, Rabu (15/8/2018).
Jemaah haji reguler Indonesia, yang berjumlah 204 ribu, tersebar di 164 hotel. Lukman menyatakan di masa pelarangan kendaraan melintas, tak memungkinkan bagi perusahaan katering mitra pemerintah membagikan makanan.
"Jadi kita dibatasi oleh peraturan yang dibuat pemerintah Arab Saudi," ujar Lukman.
Nah, pada masa itulah jemaah haji diminta menggunakan uang living cost yang telah dibagikan sejak awal. Jemaah bisa mencari makanan sendiri di tempat makan yang ada di dekat hotel.
"Mengapa living cost sebanyak 1.500 riyal, itu salah satunya untuk mengatasi persoalan ini. Jadi mohon, jangan uang living cost-nya itu habis digunakan untuk belanja. Maksud saya, untuk beli oleh-oleh. Tapi justru itu digunakan di hari-hari ketika kami sebagai yang melayani para tamu tamu Allah ini tidak mampu memberikan makanan karena alasan distribusi," tutur Lukman. (fjp/idh)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini