Shinta Putri Diana Pertiwi ditemukan tewas tenggelam di Danau Trebgast, Bavaria, Jerman pada hari Rabu (8/8/2018). Danau ini tak jauh dari kampusnya di Universitas Bayreuth.
Menurut sang ibu, Umi Salamah, Shinta dilaporkan hilang oleh dua orang temannya saat berenang bersama di Danau Trebgast.
"Jadi kemarin pas kegiatan summer school, kegiatan diikuti sesuai hobi masing-masing. Shinta berenang bersama temannya asal Maroko, tapi setelah dua jam tak ditemukan lagi. Dicari-cari melalui pengeras suara juga tak muncul, kemudian temannya lapor polisi dan dilakukan pencarian," beber Umi saat ditemui detikcom di kediamannya, Selasa (14/8/2018).
Namun korban baru ditemukan keesokan harinya dalam keadaan sudah meninggal dunia, Kamis (9/8/2018). Jenazah Shinta ditemukan di sekitar pulau kecil yang ada di ujung danau. Jaraknya sekitar 30 meter dari bibir danau atau titik awal Shinta berenang.
"Danaunya cukup luas, ada pulau kecil di ujungnya. Shinta ditemukan di sekitar situ," tambah Umi.
Saat ditemukan, Shinta juga masih mengenakan baju renang yang sama dengan ketika ia dinyatakan hilang.
Jenazah kemudian dievakuasi dan disemayamkan di rumah duka di kawasan Kumbalch. Jenazah Shinta juga diautopsi.
Umi sendiri mengaku pertama kali memperoleh kabar duka ini dari Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) Frankfurt pada Jumat (10/8/2018). "Teman dan KJRI menghubungi kami, menyampaikan peristiwa yang menimpa Shinta," ujarnya.
Warga Jalan Bandulan 12, Sukun, Kota Malang itu tak menyangka anaknya bisa tenggelam di danau mengingat Shinta dikenal jago berenang.
Secara mengejutkan, Umi menceritakan tentang sempat munculnya masalah biaya kepulangan jenazah Shinta. Dikisahkan Umi, pihaknya mendapatkan informasi dari KJRI bahwa biaya pemulangan jenazah dibebankan kepada keluarga.
"Kami awalnya dapat informasi dari KJRI jika biaya pemulangan jenazah ditanggung KJRI, tetapi besoknya pernyataan itu berubah, biaya dibebankan semua oleh keluarga, KJRI hanya memfasilitasi penyelesaian administrasi saja," ungkap Umi.
Umi menambahkan, ia bukannya tidak mau menanggung biaya pemulangan jenazah putri keduanya itu. Hanya saja ia baru saja mengirim uang perpanjangan visa untuk Shinta yang jumlahnya cukup besar sehingga ia belum bisa menyediakan dana dalam jumlah besar lagi dalam waktu dekat.
Ditambah lagi, Umi mendengar cerita dari ibu salah satu rekan Shinta yang sempat menjadi korban oknum ketika ingin memulangkan jenazah dari luar negeri.
"Ibu dari teman Shinta cerita jadi korban diduga oknum, dengan habis miliaran untuk pemulangan jenazah," tuturnya.
Keluarga kemudian berinisiatif membuka penggalangan dana lewat situs kitabisa.com. "Banyak teman-teman Shinta, seperti di PPI (Persatuan Pelajar Indonesia) dan sejumlah orang membantu sampai terkumpul cukup banyak, lebih dari Rp 111 juta," beber ibu tiga anak ini.
Namun saat penggalangan dana masih berlangsung, warga Jalan Bandulan 12, Sukun, Kota Malang ini kembali mendapatkan telepon dari Kementerian Luar Negeri, yang menyatakan jika semua biaya pemulangan tidak dibebankan kepada keluarga.
"Beberapa waktu kemudian Kemenlu telepon menyatakan menanggung semua biaya. Pernyataan yang berubah lagi, tetapi ada syaratnya yaitu memberikan surat keterangan tidak mampu," ujar Umi.
Lagi-lagi Umi dan suaminya dibuat bimbang. Namun demi kepulangan jenazah Shinta, mereka akhirnya menuruti persyaratan tersebut. Seketika itu juga penggalangan dana lewat situs dihentikan.
Pernyataan keluarga ini kemudian ditepis oleh KJRI Frankfurt. "KJRI hanya sekali menanyakan terkait pemulangan jenazah, 'terkait dengan biaya pemulangan, dari pihak keluarga, kami bisa berkoordinasi dengan siapa, Pak?'. Bukan meminta keluarga untuk bayar. Ini kan harus dibicarakan dan dikoordinasikan dulu. Biaya pemulangan bisa tanggung pemerintah dengan kelengkapan administratif," tutur Konsul di KJRI Frankfurt, Joneri Alimin dalam kesempatan terpisah.
Kini setelah masalah selesai, Umi mengabarkan bahwa keluarga tinggal menunggu hasil autopsi terhadap jenazah Shinta untuk memastikan penyebab kematiannya.
"Autopsi sudah, tapi penyebab kematiannya kami belum menerima penjelasannya. Kami masih menunggu," terang Umi.
Rencananya, jenazah dara berusia 24 tahun itu akan dipulangkan ke Indonesia pada hari Rabu (15/8/2018) atau Kamis (16/8/2018).
"Kabar kami terima dari KJRI maupun Kemenlu pada Rabu atau Kamis besok diterbangkan ke Indonesia," tuturnya.
Shinta merupakan mahasiswa jurusan kedokteran forensik di Universitas Bayreuth. Untuk saat ini, Shinta sebenarnya tengah menyelesaikan tesis.
"Kuliah sudah lima tahun ini, karena disana (Jerman) kuliah S1 selesai lima tahun seperti S2 disini. Desember nanti selesai dan Shinta pulang. Tapi rencananya kuliah di Jerman sampai S3," ungkap dosen Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya ini.
Shinta direncanakan menyelesaikan studinya akhir tahun ini lalu kembali ke Tanah Air untuk menikahi pujaan hatinya. Setelah menikah, Shinta berencana melanjutkan pendidikannya ke jenjang S3 di kampus yang sama.
"Pulang juga mau menikah, dengan pacarnya teman SD. Sekarang kuliah di ITB. Shinta memang berbeda, dalam menjalin hubungan memilih jarak jauh, karena takut dosa," kata Umi.
Namun semua hanya tinggal rencana, Tuhan berkehendak lain untuk Shinta. Selamat jalan Shinta. (lll/iwd)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini