Wayang Kulit Lakon 'Jatuhnya Prabu Baka' Pukau Warga Moskow

Laporan dari Moskow

Wayang Kulit Lakon 'Jatuhnya Prabu Baka' Pukau Warga Moskow

Herianto Batubara - detikNews
Senin, 06 Agu 2018 09:47 WIB
Warga Moskow membludak menyaksikan wayang kulit dalam Festival Indonesia (Foto: Herianto Barbara/detikcom)
Moskow - Pertunjukan wayang kulit dimainkan di panggung utama Festival Indonesia di Moskow, Rusia. Seperti diprediksi sebelumnya, warga Moskow membludak menonton pertunjukan ini.

Pertunjukan wayang kulit disiapkan di panggung utama Festival Indonesia di Taman Krasnaya Presnya, Moskow, Rusia, Sabtu (4/8/2018) pukul 20.30 waktu setempat. Warga Moskow langsung duduk memenuhi seluruh kursi panjang yang disediakan.

Di barisan depan tampak duduk Duta Besar Republik Indonesia untuk Federasi Rusia merangkap Republik Belarus M Wahid Supriyadi. Dia didampingi istrinya, Murgiyati Supriyadi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Warga Moskow membludak menyaksikan wayang kulitWarga Moskow membludak menyaksikan wayang kulit (Foto: Herianto Barbara/detikcom)


Warga Moskow yang tak kebagian tempat duduk berdiri di bagian belakang. Ada juga yang duduk melantai di depan panggung dan di rumput. Tua dan muda semua membaur tak sabar menyaksikan pertunjukan wayang kulit yang akan dibawakan oleh dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta Ki Dalang Dr Eddy Pursubaryanto.

"Bismillahirrahmanirrahim," ujar dalang Eddy sebelum memulai pertunjukannya. Dia memainkan cerita The Fall of King Baka atau Jatuhnya Prabu Baka. Lewat lakon ini dia menggambarkan bahwa penindasan manusia atas manusia masih ada di muka bumi. Menurutnya, hal ini tidak bisa dibiarkan dan harus dihapus dari muka bumi.

Pertunjukan wayang kulit pun dimulai ditandai dengan gelapnya langit. Di Moskow langit memang baru mulai gelap sekitar pukul 21.00 waktu setempat. Suara dalang Eddy terdengar bersemangat memainkan lakon, padu dengan suara sinden dan musik gamelan yang mengiringi.


Pertunjukan dimulai saat langit mulai gelapPertunjukan dimulai saat langit mulai gelap (Foto: Herianto Barbara/detikcom)
Semua penonton seakan tersihir, terpaku menyaksikan pertunjukan. Mereka bisa mengikuti jalannya cerita dengan baik sebab ada penerjemah yang mengartikan cerita dalang Eddy ke bahasa Rusia.

Sinden dan musik gamelan yang mengiringi Eddy bukan sembarangan. Mereka dari Dadali Gamelan Group yang merupakan kelompok gamelan KBRI Moskow. Semuanya muda-mudi Rusia yang dilatih pelatih gamelan Tri Koyo sebagai music director. Mereka matang mempersiapkan pertunjukan ini dengan latihan rutin di KBRI Moskow selepas jam kerja hingga larut malam.

Lakon Jatuhnya Prabu Baka yang dimainkan dalang Eddy diambil dari epik The Mahabharata. Epik ini menceritakan perjalanan dan konflik antara dua keluarga besar yaitu Pandawa dan Kurawa. Lakon ini merupakan bagian dari episode ketika para Pandawa dan Dewi Kunthi-ibu dari para Pandawa-sedang menjalani hukuman pembuangan di hutan Kamiaka selama 12 tahun. Hukuman itu sebagai akibat para Pandawa kalah dalam taruhan judi dengan keluarga Kurawa.


Pertunjukan dibawakan Ki Dalang Dr Eddy Pursubaryanto, dosen dari UGMPertunjukan dibawakan Ki Dalang Dr Eddy Pursubaryanto, dosen dari UGM (Foto: Herianto Barbara/detikcom)
Keluarga Pandawa terdiri dari lima bersaudara yaitu Puntadewa, Bratasena, Permadi, Pinten, dan Tangsen. Dalam lakon ini diceritakan, para Pandawa dan Dewi Kunthi mendengar bahwa kawula Desa Giri Liman sedang menghadapi masalah besar. Desa ini adalah bagian dari kerajaan Giripurwa yang dipimpin oleh seorang raja bernama Prabu Baka. Raja ini digambarkan bengis dan suka menyantap manusia bahkan warga kerajaannya sendiri.

Menurut tetua Desa Giri Liman bernama Demang Wijrapa, sepekan sekali manusia harus diserahkan untuk jadi santapan Prabu Baka. Ketika tiba giliran Demang Wijrapa harus menyerahkan putranya bernama Bambang Rawan, Bratasena bersedia mengorbankan diri jadi santapan Prabu Baka. Singkat cerita Prabu Baka malah tewas di tangan Bratasena.

"Bratasena mempunyai senjata yang ampuh yaitu kuku panjang di kedua ibu jarinya. Kuku itu disebut kuku pancanaka. Habislah riwayat Prabu Baka. Akhir hidup Prabu Baka menandakan hilangnya penindasan manusia atas manusia di muka bumi ini. Damai, damai, damai di bumi," ujar dalang Eddy menutup cerita.


Dalang Eddy membawakan lakon Jatuhnya Prabu BakaDalang Eddy membawakan lakon Jatuhnya Prabu Baka (Foto: Herianto Barbara/detikcom)
Penampilan dalang Eddy yang juga dosen Sastra Inggris di UGM ini diganjar tepuk tangan meriah usai memainkan lakon Jatuhnya Prabu Baka. Semua tampak puas menyaksikan lakon Jatuhnya Prabu Baka hingga akhir. Ditanya soal sukses penampilannya memukau warga Moskow, dalang Eddy merendah.

"Siapapun yang memainkan wayangnya, tidak harus saya, saya kira pasti hasilnya akan sama," ucap pria asal Yogyakarta yang meraih gelar doktor usai meneliti wayang kulit purwa ini. (hri/jbr)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads