Seperti dilansir Al Jazeera, Kamis (2/8/2018), yang mengutip situs intelijen militer Israel, DEBKAfile, dinas intelijen dan diplomatik Israel 'tidak bisa berkata-kata (karena terkejut) selama dua hari' usai Trump mengumumkan pada Senin (30/7) lalu, soal kesiapannya bertemu Rouhani kapan saja dan tanpa syarat apapun.
Laporan DEBKAfile menekankan bahwa para pejabat Israel baru bereaksi sekitar dua hari kemudian, atau pada Selasa (31/7) waktu setempat. Saat itu, seorang sumber anonim memberikan komentar tiba-tiba soal perkembangan terbaru.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Utusan AS dan Iran telah menggelar pembicaraan penjajakan sejak awal Juni lalu, dengan pengaruh Oman, tanpa sepengetahuan Israel.
Disebutkan DEBKAfile dalam laporannya bahwa pembicaraan itu memicu sejumlah pertanyaan di benak Israel. Salah satunya soal apakah pemerintahan Trump sungguh-sungguh memberitahukan kepada Israel jika ada perubahan dalam kebijakannya.
Dampaknya, pengumuman soal kesiapan Trump untuk berunding dengan Rouhani mengungkapkan pendekatan Trump terhadap Iran.
"Mata dan telinga diplomatik dan intelijen Israel melewatkan apa yang sedang terjadi, karena mereka meremehkan bahwa pemerintahan Trump tidak akan mengambil inisiatif ini tanpa memberitahu Yerusalem (pemerintah Israel-red)," sebut DEBKAfile dalam laporannya.
Baca juga: Iran Tolak Pertemuan Tanpa Syarat dari Trump |
"Perundingan yang ada mau tidak mau membuat pihak-pihak terkait, khawatir soal perubahan kebijakan demi mencapai pemahaman bersama. Jadi apa yang akan diberikan oleh pihak Amerika untuk mencapai kesepakatan?" imbuh laporan itu.
Di sisi lain, kesediaan Trump untuk bertemu musuh-musuh AS, seperti Korea Utara (Korut) dan Rusia, diketahui tidak berujung pada pencabutan sanksi-sanksi maupun pergeseran kebijakan AS.
Tonton juga video: 'Panas! Trump Vs Presiden Iran Saling Tebar Ancaman'
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini