Kalimas Berbusa dan Berbau Busuk, Ini yang Dilakukan Dinas Lingkungan

Kalimas Berbusa dan Berbau Busuk, Ini yang Dilakukan Dinas Lingkungan

Zaenal Effendi - detikNews
Selasa, 31 Jul 2018 15:44 WIB
Foto: Zaenal Effendi
Surabaya - Dinas Lingkungan Hidup (DLH) kembali mengambil sampel air pasca gelembung busa rwarna putih terlihat di Sungai Kalimas, tiap pagi. Hasilnya, kadar oksigen air Kalimas tidak baik, meski busa putih itu tidak berbahaya.

Dari pemeriksaan didapat kandungan ph air pada angka 6,4. Artinya masih taraf normal. Sedangkan kandungan oksigen yang larut dalam air menunjukkan angka 1,3 miligram/liter.

Angka 1,3 tergolong kurang baik sebab harusnya kadar oksigen dalam air di atas angka 3 miligram per liter.

"Kadar oksigennya kurang baik. Harusnya di atas angka 3, bahkan sebelumnya pernah sampai 7," kata Kabid Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan DLH Kota Surabaya, Ali Murtadho Pintu Air Kayun, Selasa (31/7/2018).

Ali mangatakan pihaknya rutin melakukan pengecekan dan patroli di Sungai Kalimas. Setidaknya 6 kali dalam setahun. Itu untuk memastikan tidak ada limbah pabrik yang dibuang ke sungai.


DLH menegaskan pengecekan kandungan ph dan oksigen yang larut dalam air dilakukan hingga tiga kali. Turunnya kadar oksigen disebabkan debit air yang rendah karena musim kemarau, ditambah adanya limbah domestik.

Petugas ambil sampel air/Petugas ambil sampel air/ Foto: Zaenal Effendi


"Kemungkinan karena air surut jadi kadar air lebih pekat. Selain itu ada limbah yang bercampur," kata Ali.

Ia juga mengungkapkan limbah yang masuk ke kalimas sejauh ini adalah limbah domestik, tidak ditemukan limbah pabrik dibuang ke sungai karena tiap hari pihaknya melakukan patroli sungai.

"Patroli kita lakukan menyusuri sungai memastikan saluran limbah. Kebanyakan limbah yang dibuang ke Kalimas adalah limbah rumah tangga atau limbah domestik," ujarnya.

Menurut Ali, limbah domestik juga dilarang dibuang langsung ke sungai tanpa pengelolaan terlebih dahulu. Namun saat ini DLH mangaku tidak dapat berbuat banyak, karena biaya pembangunan IPAL Komunal cukup mahal untuk rumah tangga.

"Kami berharap ada kesadaran dan peran aktif dari masyarakat untuk mengelola limbahnya secara mandiri," pungkasnya. (ze/fat)
Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.