Salah satu kendala memantau pergerakan mereka yaitu 170 orang itu hidup nomaden. Selain itu, posisi mereka sangat jauh dan susah dijangkau.
"Di situ kendalanya. Kalau pun logistik bisa tiba hanya sebatas Desa Sehan. Itu pun sudah berjalan dengan aspal, jalan berbatu, melintas sungai dan jalan kaki," ujar Kapendam XVI/ Pattimura, Kolonel Arm Sarkistan Sihaloho, kepada detikcom, Kamis (26/7/2018).
Suku Mause Ane tidak menggunakan dan memakai bahasa Indonesia dalam berkomunikasi. Selain itu juga meraka akan lari kehutan bila melihat orang baru (warga yang bukan komunitas mereka.
![]() |
"Kalau vedio yang kita dengarin kemarin meraka tidak bisa menggunakan bahasa Indonesia sehingga ada masyarakat di situ yang bisa menyambungkan dengan mereka dan meraka ucapkan terima kasih telah dibantu dan selama ini meraka takut melihat orang. Jadi itu yang susah. Ketika mereka ketemu orang lain, meraka lari," ujarnya.
Tiga daerah yang ditempati Suku Mause Ane yakni Bantaran Sungai Kobi, Laihaha dan Bantaran Sungai Tilupa. Untuk hari ini, baru 54 jiwa yang bersedia menerima bantuan di lokasi yang telah disepakati.
Tonton juga video: 'Ratusan Ribu Pengungsi Rohingya Kelaparan'
(asp/asp)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini