Sekolah swasta ini juga dikhususkan untuk anak-anak berkebutuhan khusus di Banyuwangi.
"Dulu pernah sekolah di Mata Hati. Ini sekolah khusus disabilitas," tutur Fony kepada detikcom, Kamis (19/7/2018).
Namun Saif, panggilan akrab putra Fony, hanya bertahan hampir setahun di sekolah tersebut. Lagi-lagi karena tak mengantongi surat mutasi dari Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB) C Banyuwangi, sekolahnya terdahulu.
"Hanya setahun kemudian ditanya surat mutasi lagi. Akhirnya saya putus asa," lanjutnya.
Padahal diakui Fony, Saif juga memperlihatkan perkembangan yang signifikan saat berada di Yayasan Mata Hati. Salah satunya, Saif bisa mengoperasikan komputer.
Meski hanya dengan mengetik dan membuat gambar, namun kemampuan Saif ini dianggap sudah melebihi anak yang menderita Celebral Palsy (CP) lainnya.
"Anak saya ini tidak autis. Tapi menurut pemeriksaan itu mengidap CP. Dia bisa diajak ngomong dan mengerti tentang pelajaran. Makanya saat di SLB C itu disebut tidak ada perkembangan," tambahnya.
Ditambahkan Fony, Saif harus mengantongi surat mutasi dari sekolah terdahulu sebelum pindah ke Yayasan Mata Hati karena ini akan berdampak pada status dan haknya di sekolah.
"Alasan mereka kalau tidak ada surat mutasi, Saif tidak bisa dapat BOS," ungkapnya.
Dalam waktu yang bersamaan, orangtua Saif juga berupaya terus mendatangi SDLB C untuk mempertanyakan tentang surat mutasi putranya. Namun tidak ada itikad baik dari lembaga tersebut.
"Saya sudah kesana berulang kali. Kepala sekolah katanya tidak ada. Sampai saya memberikan nomor telepon saya ke guru sana agar bisa dikontak. Tapi ya gitu tidak ada respons," ujarnya. (lll/lll)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini