Pengamatan detikcom menyebutkan, hampir setiap malam ada puluhan wanita yang menjajakan diri di kawasan tersebut. Namanya juga pelacuran kelas teri, dandanan para PSK-nya pun tak terlalu seksi. Bahkan sebagian terlihat ada yang tampil pas-pasan dan ala kadarnya saja.
Tak heran, kebanyakan para PSK itu sengaja memilih berlindung di balik temaramnya cahaya. Mereka berpencar sepanjang jalan dan tepi persawahan setempat, serta hanya melambai dan menyapa siapa saja yang melintas di depannya.
"Saya hampir tiap malam lewat di sana (kawasan Burnik) dan memang banyak PSK yang beroperasi di sana. Ini ironis, karena sekarang ini khan bulan ramadan, kenapa pelacuran seperti ini dibiarkan," kata seorang warga, A Zuhri Romli, Senin (4/6/2018).
Mantan anggota DPRD Situbondo itu menambahkan, para wanita malam itu biasanya mangkal di kawasan tersebut hingga larut malam, sekitar pukul 01.00 Wib. Tak hanya dapat mengganggu kekhusukan ibadah di bulan ramadan saja.
Maraknya praktek pelacuran di kawasan Burnik juga membuat sebagian petani setempat resah. Sebab sebagian lokasi sawah rusak, karena dijadikan 'kamar' dadakan untuk tempat melayani tamu pria hidung belang.
"Saudara saya sawahnya di sekitar situ. Dia sering mengeluh karena tanamannya sering rusak, karena dijadikan tempat begituan. Yang begini malah terus dibiarkan," tegas Zuhri Romli.
Zuhri mendesak, agar praktek pelacuran kawasan persawahan Burnik hendaknya juga menjadi perhatian. Sehingga baik Tim Koordinator Pelaksana Ketertiban Pemkab (Kopeltibkab) dan Satpol PP Situbondo tidak hanya memelototi kemaksiatan di eks-eks lokalisasi pelacuran serta di hotel saja. Tetapi juga seluruh tempat yang terindikasi menjadi lokasi transaksi bisnis esek-esek.
"Apalagi Kabupaten Situbondo ini katanya berjuluk Bumi Solawat Nariyah. Malu dong sama julukannya, kalau pelacuran ternyata masih ramai. Apalagi ini bulan ramadan," ketus pria asal Desa Sumberkolak, Kecamatan Panarukan ini. (fat/fat)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini