"Mohon maaf, tadi masih belajar," katanya sesaat setelah keluar kamar.
Bocah yang duduk di bangku kelas 6 SD itu tengah menghadapi ujian nasional. Mengawali ceritanya, Gandhang mengaku menjadi dalang kondang merupakan cita-citanya sejak kecil.
Bahkan saat usianya masih 2 tahun, tangannya sudah lincah memainkan wayang tiruan. Disebut begitu karena media yang digunakan bukanlah wayang kulit asli.
"Yang jadi wayang ya sendok, centong (sendok nasi), dan irus (sendok sayur). Kadang yang saya mainkan gantungan baju," kenangnya sambil terkekeh, Jumat (4/5/2018).
Setu (50), kakek Gandhang, tanggap melihat gerak-gerik cucu kesayangannya. Dia pun lantas membelikan wayang. Media berbahan kulit dengan ukiran sederhana itu kelak digunakan Gandhang berkenalan dengan dunia pewayangan sebenarnya.
Meski sudah akrab dengan tampilan wayang serta gamelan sejak kecil, namun Gandhang sempat ketakutan melihat sosok Petruk yang dibelikan kakeknya. Setu memang sengaja menghadiahinya tokoh Punakawan, yakni Semar, Gareng, Petruk, dan Bagong.
![]() |
"Dia sempat ndak mau memainkan tokoh Petruk itu. Katanya takut. Tapi lambat laun berani dengan sendirinya," tutur Setu yang mengaku ikut membimbing Gandhang sejak kecil.
Keinginan menjadi dalang, lanjut Gandhang, juga terinspirasi dari video wayang yang sering diperlihatkan orang tuanya. Dari beberapa tampilan audiovisual, dia mengidolakan Ki Purbo Asmoro. Seniman kelahiran Pacitan itu diakuinya memiliki kelebihan terutama mengatur alur cerita.
"Menurut saya beliau luar biasa dalam memainkan drama dan penguasaan Sanggit (seni menata alur cerita)," papar putra pertama pasangan Andrianto Fajar Susilo (31) dan Ika Susanti (29) ini.
Seiring bertambahnya usia, kepiawaian Gandhang memainkan wayang makin terasah. Saat usianya 8 tahun, bocah yang dikenal kutu buku itu bahkan sempat bergabung dengan salah satu sanggar di Pacitan. Belum genap setahun di sanggar, Gandhang melanjutkan kiprah dengan tampil di beberapa pertunjukan.
Mulai dari aula Dinas Pendidikan, panggung Persatuan Pedhalangan Indonesia (pepadi), alun-alun, hingga pendopo kabupaten pernah dia jadikan tempat manggung. Di manapun Gandang pentas, decak kagum penonton selalu mewarnai adegan pakeliran yang dimainkan Sang Dalang Cilik.
Puncaknya, Gandhang dikirim mengikuti Festival Dalang Bocah tahun 2018 di Surabaya. Hasilnya, bocah kelahiran Pacitan, 5 Juli 2006 itu mendapat predikat Dalang Ngabehi Terbaik dan Dalang Sabet Terbaik. 'Ngabehi' merujuk pada penguasaan semua aspek pedalangan, sedangkan 'Sabet' adalah kelincahan menggerakkan wayang hingga terkesan hidup.
"Kalau sudah pulang sekolah kegiatan rutinnya belajar dan latihan (mendalang). Paling tidak sehari 1 kali," ujar Andrianto Fajar Susilo tentang putranya yang juga mahir memainkan kendang, demung, dan saron ini.
Tonton aksi Ghandang dalang cilik asal Pacitan di sini:
(fat/fat)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini