"Kadang orang tua tidak tahu ini anaknya punya masalah apa, terus tidak tahu bagaimana cara mengajarinya terutama dari orang-orang yang tidak mampu,"ujar Risma usai melakukan pembukaan ruangan di Gedung Siola, Jalan Tunjungan Surabaya, Rabu (2/5/2018).
Tak hanya itu, ruangan ini tersedia bagi siapapun. Untuk biayanya, Risma menuturkan jika semua Warga Surabaya dapat menikmati fasilitas ini dengan gratis.
"Jadi dari adanya ruang ini keluarga yang tidak mampu tidak perlu khawatir bayar karena ini gratis," tambahnya.
![]() |
"Ada lima ruang terapi, tiga ruang konseling yang ditujukan kepada mereka yang bermasalah. Sesuai dengan kondisinya masing-masing," tambahnya.
Selain itu, ada pula ruangan yang bisa digunakan anak-anak untuk bermain. Ada pula banyak mainan di ruang terapi, yang digunakan untuk melatih motorik anak.
Menurut Antiek, Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) membutuhkan perhatian dan pembelajaran yang lebih. Kegiatan terapi dan konseling ini menurutnya harus dilakukan secara terus-menerus. Tidak hanya sekali saja.
"Untuk terapi ABK ini kan tidak bisa hanya sekali saja. Makanya harus dilakukan secara terus menerus,"tambahnya.
Dalam hal ini, pihaknya telah menyiapkan beberapa terapis, psikolog dan psikiater yang akan membantu anak-anak dalam memberikan arahan dan edukasi.
"Jadi satu tim ada sekitar 5-10 orang. Ada terapis, psikolog dan psikiater. Kita lebih ke pemberi informasi kepada masyarakat,"lanjut Antiek.
Untuk yang ingin datang dengan membawa anaknya, Antiek menyarankan orang tua agar melakukan janjian lebih dahulu. Hal ini dengan melihat jadwal kosongnya para psikolog. "Setiap hari dibuka, namun ada proses janjian ketika kosong," kata Antiek.
![]() |
"Ini akan disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi anak, bahwa anak mengalami ini perlu terapi seperti ini. ABK kan macem-macem, ada down syndrom, ada autis," ujarnya.
Kendati demikian, sementara ruangan ini diperuntukkan bagi anak-anak hingga remaja dan ngan umur maksimal 16 tahun.
Antiek menyarankan dalam kegiatan pendampingan ABK, orang tua harus senantiasa mendampingi anak-anaknya. Ini untuk membantu prosesnya hingga memberi ABK bimbingan yang ekstra. Menurutnya, kegiatan yang dilakukan psikolog hanya sebagai secuil bantuan saja.
"Ortu harus ikut, kita hanya membantu prosesnya. Di rumah harus dilakukan utuh oleh keluarganya. Mereka memang ndak bisa lepas, karena dilakukan oleh keluarganya," tambahnya. (trw/trw)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini