"Misal pak RT pak RW bikin dong bank sampah sekitar sini. Bank sampah ini kan memilah sampah basah dan sampah kering minimal sampah keringnya dah. Plastik, kardus botol masuk ke bank sanpah kan punya nilai ekonomis. Ya walaupun kecil dapat uanglah," ujar Kepala Dinas LH DKI Jakarta Isnawa Adji di lokasi, Jalan Warakas I Gang 23, Papanggo, Jakarta Utara, Jumat (20/4/2018).
Beberapa tempat sudah mengembangkan bank sampah untuk mengelola limbah rumah tangga. Di sisi lain, bank sampah bisa memberikan keuntungan ekonomis bagi warga.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya lihat di Jakarta sudah ada 600 bank sampah justru bisa berkembang, mereka tuh dapat uang, bank sampahnya tuh dapat ditukar sembako isi tabung gas, dan lain-lain," tambahnya.
Persoalan sampah di kolong Tol Priok ini bukan tanggung jawab Dinas Lingkungan Hidup semata. Masyarakat hingga pengelola Tol Wiyoto Wiyono juga seharusnya peduli akan kebersihan lingkungan.
"Ini kan kewenangan PT Citra Marga Nusapala Persana (CMNP), harusnya pihak jalan tol pihak pengelolanya peduli terhadap kolong-kolong tol ini," ujarnya.
Isnawa mengakui masalah sampah di kolong tol sudah menjadi masalah lama dan juga terjadi di wilayah lain. Ia mengaku kesulitan untuk membersihkan sampah di situ karena aksesnya sempit.
"Ini kan kita sulit masuk ke dalam hanya bisa gerobak motor. Truk sampah saya nggak bisa masuk mobil pick up saya nggak bisa masuk, padahal sampahnya banyak kan. Kalau di wilayah lain masih bisa dimonitor. Jadi kita mudah mengangkutnya," jelasnya.
Sampah di kolong Tol Wiyoto Wiyono ini menghampar bak lautan. Keberadaan sampah itu salah satunya adalah 'sumbangsih' warga yang kurang kesadarannya untuk membuang sampah pada tempatnya.
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini