Salah satu pembarong, Suwondo (64) mengaku jika ia memang mencintai seni reog. Kecintaan ini diturunkan oleh kakek dan ayahnya yang juga penggiat seni reog.
"Jadi darah seni itu sudah mengalir ke darah kami," tutur Suwondo saat ditemui detikcom di rumahnya, Jalan Batorokatong, Ponorogo, Senin (16/4/2018).
Menurut Suwondo, menjadi pembarong bukan pekerjaan mudah. Tidak hanya diharuskan memiliki kekuatan fisik yang mumpuni namun juga harus memiliki jiwa seni agar dapat menarik dadak merak seatraktif mungkin.
![]() |
Untuk mengasah jiwa seninya, Suwondo juga menambah rutinitas hariannya dengan mendengarkan musik reog setiap hari. Meski telah menjalani profesi ini sejak tahun 1987, Suwondo mengaku tak pernah merasa bosan.
"Karena sudah suka, jadi tidak pernah bosan," imbuh pria berkumis tebal ini.
Kebisaannya itu pun ditularkan dengan melatih anak-anak untuk menjadi pembarong, baik di sekolah seperti di SMPN 1 Babadan maupun di desa-desa sekitarnya.
Suwondo kini hanya berharap kepada generasi muda agar mau meneruskan budaya nenek moyang. "Apalagi reog ini khas Ponorogo. Mbah Wondo dan mbah Wandi mendukung penuh generasi muda untuk mempelajari tarian dalam reog," pesannya.
Lantas apa sih rahasia Mbah Wondo agar selalu tampil prima meski sudah tidak muda lagi? Selain banyak beraktivitas seperti berlatih atau melatih anak-anak di berbagai tempat, sebelum tampil, Suwondo mempunyai 'ritual' khusus untuk menjaga staminanya.
"Minum susu, telur ayam kampung diambil kuningnya saja 2 buah, kunir mentah sama madu," pungkasnya.
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini