Novanto Baca Puisi 'Di Kolong Meja' Saat Pleidoi

Novanto Baca Puisi 'Di Kolong Meja' Saat Pleidoi

Aditya Mardiastuti - detikNews
Jumat, 13 Apr 2018 12:08 WIB
Setya Novanto di Pengadilan Tipikor Jakarta (Foto: Ari Saputra/detikcom)
Jakarta - Setya Novanto menutup pleidoi atau nota pembelaannya dengan membacakan puisi karya Linda Djalil. Setelahnya, Novanto membagikan sejumlah berkas serta buku ke majelis hakim dan jaksa.

"Maaf sebelum kami tutup, izinkan baca puisi, puisi dari Linda Djalil," kata Novanto dalam sidang di Pengadilan Tipikor Jakarta, Jalan Bungur Besar Raya, Jakarta Pusat, Jumat (13/4/2018).

[Gambas:Video 20detik]


Sebelumnya, Novanto menceritakan perjalanan hidupnya dari berjualan beras, model, hingga menjadi pembantu. Kemudian Novanto membeberkan soal perkaranya serta membantah telah terlibat.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Novanto kemudian memamerkan prestasinya selama menjadi Ketua DPR. Dia mengaku terpaksa menceritakan itu sebagai pembanding terhadap apa yang telah ditudingkan padanya.


Berikut puisi yang dibacakan Novanto:

Di Kolong Meja

Di kolong meja, ada debu yang belum tersapu
Karena pembantu sering pura-pura tak tahu
Di kolong meja, ada biangnya debu yang memang sengaja tak disapu
Bersembunyi berlama-lama karena takut dakwaan seru melintas membebani bahu
Di kolong meja tersimpan cerita seorang anak manusia menggapai hidup
Gigih dari hari ke hari meraih ilmu dalam keterbatasan
Untuk cita-cita kelak yang bukan semu tanpa lelah dan malu bersama debu menghirup udara kelabu
Di kolong meja, muncul cerita sukses anak manusia, yang semula bersahaja
Akhirnya bisa diikuti siapa saja karena cerdas caranya bekerja
Di kolong meja, ada lantai yang mulus tanpa cela
Ada pula yang terjal bergelombang siap menganga menghadang segala cita-cita
Apabila ada kesalahan membahana, kolong meja siap membelah
Menerkam tanpa bertanya bahwa sesungguhnya ada berbagai sosok yang sepatutnya jadi sasaran
Di kolong meja, ada pecundang yang bersembunyi sembari cuci tangan, cuci kaki, cuci muka, cuci warisan kesalahan Apakah mereka akan senantiasa di sana, dengan mental banci, berlumur keringat ketakutan dan sesekali terbahak melihat teman sebagai korban menjadi tontonan?
(dhn/tor)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads