Umar Bakri Rela Berenang di Sungai untuk Bersekolah Demi Jadi Guru

Umar Bakri Rela Berenang di Sungai untuk Bersekolah Demi Jadi Guru

Moehammad Bakrie - detikNews
Rabu, 11 Apr 2018 16:27 WIB
Foto: Mohammad Bakrie
Maros - Bukan sebuah kebetulan, salah satu dari puluhan siswa yang bertaruh nyawa dengan menyeberangi sungai ke sekolahnya, ternyata bernama Umar Bakri. Nama Oemar Bakri itu merupakan sebuah judul lagu Iwan Fals yang bercerita tentang nasib guru dan hits di tahun 80an.

Bocah 9 tahun yang duduk di bangku kelas empat SDN 130 Gattareng, tinggal di seberang sungai di dusun Damma, Desa Bonto Matinggi, Kecamatan Tompo Bulu, Maros, Sulawesi Selatan, saban hari ia bersama puluhan siswa lainnya menantang maut merenangi sungai yang menjadi tembok pemisah kampungnya dengan dunia luar.


Umar dan temannya, mengarungi sungai yang lebarnya sekitar 60 meter. Tak hanya dalam, air sungai itu juga deras, namun tetap ia lalui demi mewujudkan cita-citanya menjadi seorang guru. Ia dibantu menyeberang oleh seorang anak siswa kelas 2 SMP yang harus bolak-balik menjemput siswa lainnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Umar bukannya tidak bisa berenang, hanya saja, air sungai itu terlalu deras untuk ia seberangi dan dapat mengancam jiwanya. Ia juga tidak diperbolehkan berenang, seperti siswa SMP dan SMA yang memang sudah terbiasa menyeberangi sungai itu dengan berenang.

Anak kedua dari empat bersaudara pasangan Bahar dan Nia ini, bercita-cita menjadi guru karena ingin mengajar di kampungnya itu. Sejak dulu, warga sangat mendambakan adanya Sekolah Dasar dibangun, agar anak-anak mereka tidak harus bertaruh nyawa dengan menyeberangi sungai ke sekolah.

"Saya diberi nama Umar Bakri, karena orang tua saya memang mau saya jadi guru, seperti di lagu Iwan Fals. Saya juga bercita-cita jadi guru biar bisa buka sekolah dan mengajar di kampung ini," katanya saat ditemui, Rabu (11/04/2018).


Tak hanya saat pergi ke sekolah, Umar bersama temannya kembali harus menantang maut saat pulang menuju rumahnya. Meski ia cepat pulang, ia harus menunggu sampai siswa SMP dan SMA lainnya di pinggir sungai untuk bersama-sama menyeberang.

"Saya pulang jam 11, tapi harus menunggu di sini sampai jam 12. Kami anak SD memang dilarang berenang sendiri sama orang tua karena ditakutkan terbawa arus sungai. Karena dulu ada tiga orang yang meninggal di sini," sebutnya.

Pak Guru Umar Bakti menyeberang sungai untuk dapat mengajar ke sekolahPak Guru Umar Bakti menyeberang sungai untuk dapat mengajar ke sekolah Foto: Mohammad Bakrie


Tak hanya Umar, Daeng Beta (57) bersama warga lainnya juga bertaruh nyawa mengarungi sungai dengan memanggul gabah yang beratnya mencapai 50 kg hasil pertanian mereka untuk dijual. Mereka seolah tak peduli dengan keadaan, karena bagi mereka, hasil pertanian itulah satu-satunya penyambung hidup.

Saat air sungai meluap dan tak memungkinkan untuk diarungi, baik siswa maupun warga tak ada yang berani menyeberang. Kehidupan ekonomi mereka seolah terhenti. Bahkan, satu waktu, seorang warga yang meninggal pun tak lagi disalati karena tak ada imam yang berani menyeberang ke kampung mereka saat kondisi seperti itu.


"Kadang kita hanya berdiam diri selama seminggu kalau kita tidak bisa menyeberang. Kalau ada yang melahirkan atau sakit, kadang kita gotong ke kampung sebelah yang ada jembatannya dengan jalan kaki selama 3 sampai 4 jam," kata Daeng Beta.

Saat ini, warga dan siswa masih meradang. Nasib jembatan gantung yang mereka impikan kian menggantung. Pemerintah Desa dan Kabupaten saling lempar tanggung jawab. Tak jelas kapan jembatan itu bisa dilanjutkan pembangunannya karena persoalan aturan yang berbelit-belit.

Yuk, ikut berdonasi membangun jembatan masa depan bagi anak-anak dusun Damma, Desa Bonto Matinggi, Sulsel. Sehingga mereka tak perlu lagi bertaruh nyawa dengan menyeberangi sungai deras ketika ingin berangkat ke sekolah.




(tfq/tfq)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads