Siswa Renangi Sungai untuk Sekolah, Pemerintah Malah Salahkan Warga

Siswa Renangi Sungai untuk Sekolah, Pemerintah Malah Salahkan Warga

Moehammad Bakrie - detikNews
Rabu, 11 Apr 2018 15:06 WIB
Foto: Mohammad Bakrie
Maros - Puluhan siswa yang bertaruh nyawa berenang menyeberangi sungai untuk sekolah menjadi viral di media. Namun bukannya segera membuat solusi, pemerintah setempat malah menyalahkan warganya soal pembahasan anggaran.

Hal ini terjadi saat pemerintah Desa Bonto Matinggi oleh DPRD Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan, untuk mengklarifikasi persoalan jembatan yang telah dibangun namun tak kunjung rampung. Sekretaris Desa yang dulunya menjabat sebagai Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Desa, Saharuddin malah menyalahkan warga yang menurutnya tidak mau hadir saat pembahasan anggaran desa.


"Itu kesalahan masyarakat yang tidak datang saat pembahasan anggaran. Itukan anggaran juga mau dibagi-bagi ke dusun lain berdasarkan usulan warga," katanya saat ditemui di kantor DPRD Maros, Saharuddin, Rabu (11/4/2018).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurut Sahar, pihaknya juga sudah mengusulkan pembangunan jembatan itu ke tingkat Kabupaten. Namun, tidak ada tindak lanjut. Padahal, Bupati Maros, Hatta Rahman sebelumnya mengaku tidak tahu kondisi itu.

Dalam rapat, Saharuddin mengungkapkan, jembatan di dusun Damma, Desa Bonto Matinggi, Kecamatan Tompo Bulu, Maros, dibangun menggunakan dana desa. Tahun 2015, tiang jembatan itu mulai dibangung dengan anggaran Rp 197 juta olehnya sebagai Plt Kepala Desa.

"Selain pembangunan tiang, anggaran Rp 197 juta itu, sudah termasuk pembelian tali kawat seling tapi tidak bisa dibeli karena ternyata mahal dan dana saat itu tidak cukup biayanya," lanjutnya.


Tahun 2016, jembatan itu tidak dianggarkan karena pemerintahan desa dalam masa transisi. Saat Khaerul terpilih menjadi sebagai kepala desa, anggaran jembatan sebesar Rp 135 juta, kembali dikucurkan di tahun 2017.

Anggaran itu diperuntukkan untuk membangun tapak pondasi jembatan ke tiang serta beberapa perlengkapan termasuk kayu untuk alas bentangan jembatan gantung.

"Semua bahannya sudah ada. Tapi tidak bisa dilanjutkan karena tali selingnya tidak ada. Panjang talinya itu sekitar 60 meter di kali dua, harganya Rp 90 jutaan," sebutnya.

Sementara itu Ketua Badan Perwakilan Desa (BPD), Andi Baso mengatakan, anggaran pembangunan jembatan itu sebenanrnya sudah terhitung rampung. Namun karena tali seling belum dibeli, makanya tidak selesai. Sempat ada usulan penganggaran di tahun 2018 ini, tapi pihaknya menolak.

"Sebenarnya kan sudah tidak ada masalah karena anggaran yang dikucurkan itu telah dihitung rampung. Tapi karena tali itu tidak ada makanya tidak selesai sampai sekarang," paparnya.

Seorang siswi menyeberangi sungai untuk bersekolahSeorang siswi menyeberangi sungai untuk bersekolah Foto: Mohammad Bakrie

Terkait konstruksi jembatan, tim dinas Pekerjaan Umum Maros sudah turun memeriksa langsung konstruksi jembatan itu. Untuk sementara, penilaiannya memang ada yang tidak sesuai termasuk tingkat kemiringan tiang satu ke tiang lain yang timpang.

Pemerintah Kabupaten Maros juga tidak bisa serta merta mengambil alih pembangunan jembatan yang terlanjur didanai oleh desa. Meski begitu, pihak dinas PU siap mendampingi pemerintah desa untuk menyelesaikan jembatan gantung itu.

Rencananya, DPRD bersama semua pihak terkait, akan turun langsung meninjau lokasi. Pihak PU juga akan melakukan pemeriksaan terkait kelayakan konstruksi jembatan yang telah menelan anggaran Rp 332 juta itu.

(tfq/tfq)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads