Dengan serius para siswa SMALB mengerjakan satu demi satu pertanyaan yang ada dalam naskah Ujian Nasional Kertas dan Pensil (UNKP). Ujian dilakukan seperti layaknya sekolah pada umumnya.
"Tahun ini ada lima siswa yang mengikuti ujian, terdiri dari tiga siswa tuna rungu, satu siswa tuna netra, dan satu siswa tuna grahita. Khusus untuk tuna grahita adalah ujian sekolah," kata Kepala SMALB Kemala Bhayangkari I Trenggalek Pardiono, Senin (9/4/2018).
Dari lima siswa yang mengikuti ujian, satu peserta dari kelompok tuna netra harus didampingi seorang pengawas pendamping. Hal itu dilakukan untuk membantu yang bersangkutan menyalin jawaban ke lembar jawaban komputer (LJK).
![]() |
Baca juga: Sekolah Ramah Difabel |
Pardiono mengaku meskipun para siswanya mengalami keterbatasan fisik, semangat mengikuti ujian nasional yang digelar serentak dengan sekolah lain. Mereka juga melakukan berbagai persiapan jauh-jauh hari sebelum pelaksanaan ujian, dengan belajar secara intensif.
"Alhamdulillah pelaksanaan hari ini berjalan dengan lancar, sebelumnya kami sempat khawatir kalau LJK untuk ujian anak tuna netra tidak ada, tapi ternyata ada. Kami juga khawatir kalau naskah anak awas (bisa melihat) tertukar dengan siswa tuna netra, semua tidak terjadi, sehingga lancar," jelas kepala SMALB ini.
Proses ujian nasional ini seluruhnya menggunakan metode kertas dan pensil atau UNKP. Meski demikian, pihak sekolah mengaku telah memiliki fasilitas yang memadai untuk seluruh pelaksanaan ujian nasional. Bahkan apabila ke depan disyarakatkan harus menggunakan metode ujian berbasis komputer (UNBK), pihaknya mengaku siap untuk melaksanakan.
"Sebetulnya, kalaupun tahun ini harus UNBK kami sudah siap, perangkat komputer siap, selain itu SDM di sekolah kami juga sudah siap. Hanya saja mungkin ada beberapa sekolah lain yang belum siap, sehingga sementara masih UNKP," jelas Pardiono. (iwd/iwd)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini