Tertular dari Ibu, 15 Balita di Bondowoso Suspect HIV/AIDS

Tertular dari Ibu, 15 Balita di Bondowoso Suspect HIV/AIDS

Chuk S Widarsha - detikNews
Senin, 09 Apr 2018 13:07 WIB
Ilustrasi hari AIDS sedunia (Foto: AN Uyung Pramudiarja)
Bondowoso - Sedikitnya 15 anak balita di Bondowoso berpotensi terinfeksi HIV/AIDS. Penyebabnya adalah karena tertular dari ibu yang melahikannya, yang juga terjangkit virus mematikan itu.

Dari informasi yang dihimpun detikcom, suspect HIV/AIDS ini tersebar di beberapa kecamatan. Di antaranya adalah Maesan, Prajekan, Wonosari, Jambesari, Tegalampel, dan Wringin.

Dari jumlah itu, sudah ada 7 anak balita yang dinyatakan positif virus HIV/AIDS. Sementara sisanya secara medis belum dapat dinyatakan positif HIV/AIDS, karena masih dilakukan proses pemeriksaan secara khusus.

Potensi terjangkitnya sejumlah balita itu dari virus HIV/AIDS itu karena mereka dilahirkan dari rahim ibu yang sudah positif dinyatakan terinveksi virus yang belum ada penawarnya tersebut.

"Sisanya masih belum dapat dipastikan, karena masih proses pemeriksaan. Tapi kalau ibunya memang sudah positif," kata Siwin Soleha, salah seoang pegiat pemberdayaan kesehatan masyarakat di Bondowoso, kepada wartawan, Senin (9/4/2018).


Menurut dia, pemeriksaan balita yang suspect HIV/AIDS baru boleh dilakukan setelah bayi berumur minimal 9-18 bulan. Dia mencontohkan, salah seorang bayi yang suspect HIV/AIDS di Kecamatan Maesan itu hanya diasuh oleh neneknya yang kurang mampu. Karena, orang tuanya tidak jelas keberadaannya.

Humas Dinas Kesehatan Bondowoso, Sugiyanto, saat dikonfirmasi tak menampik bahwa saat ini di Bondowoso memang ada 15 balita yang suspect HIV/AIDS. Dia mengaku jika salah satu cara penularan HIV/AIDS kepada balita salah satunya memang dari cairan ASI.

"Ibu yang sudah positif terjangkit memang tak boleh memberikan ASI-nya. Langkah ini untuk meminimalisir penularan pada bayi," papar Sugiyanto.

Namun, jika bayi itu sudah positif tertular dari ibu yang melahirkannya, maka langkah berikutnya adalah memberi asupan gizi yang cukup. Langkah ini dilakukan untuk menjaga imunitas bayi.

Temuan tersebut cukup memprihatinkan berbagai pihak, termasuk kalangan legislatif. "Kondisi ini sudah genting dan cukup memprihatinkan. Maka, sudah menjadi tanggung jawab semua stakeholder," kata anggota Komisi IV DPRD Bondowoso, Sinung Sudrajat.


Diimbuhkan politisi PDIP ini, harus segera ada langkah konkret dari pemerintah setempat. Termasuk melakukan evaluasi kinerja Komite Penanggulangan AIDS Daerah (KPAD) Bondowoso.

"Yang harus diprioritaskan, sosialisasi pada masyarakat hingga akar rumput, tentang apa dan bagaimana persebaran HIV/AIDS itu," terang Sinung.

Kemudian, kata dia, harus ada pendampingan pada mereka yang sudah terjangkit. Sehingga mereka tak terkucilkan dari pergaulan. Karena di masyarakat saat ini, virus itu masih dianggap sebagai aib. Dan para penderita akhirnya dikucilkan.

Data yang berhasil dihimpun menyebut, Kabupaten Bondowoso masuk zona merah persebaran HIV/AIDS. Artinya, persebaran virus yang belum ada penangkalnya ini merata di seluruh kecamatan.

Jumlah total penderita HIV/AIDS dalam kurun waktu dua tahun terakhir mencapai 364 orang. Dari jumlah itu, 104 orang telah meninggal dunia. Sementara dalam dua bulan terakhir jumlah orang dengan HIV/AIDS (ODHA) ini bertambah 15 orang.

Penyebaran ODHA ini merata di 23 kecamatan di Bondowoso. Bahkan, ada 4 kecamatan yang penderita HIV AIDS cukup memprihatinkan. Yakni Tenggarang, Sumberwringin, Ijen, dan Wringin.

(iwd/iwd)
Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.