"Jumlah itu (18 balita) sudah berkurang dari tadinya 30 anak di tahun 2017," jelas Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Magelang, Hendarto, kepada detikcom, Selasa (3/4/2018).
Dia mengatakan, adanya temuan balita yang menderita gizi buruk, lebih karena faktor kesehatan yaitu berupa penyakit bawaan. Bukan karena kurangnya gizi dari asupan makanan yang tidak terpenuhi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dinas kesehatan sendiri telah melakukan sejumlah upaya untuk menangani temuan tersebut. Selain kader gizi dan kades posyandu yang memastikan pemberian gizi baik untuk keluarga, dinas juga melibatkan dokter anak hingga menggandeng pihak ketiga.
"Kami juga menjalin kerjasama dengan lembaga nirlaba Foodbank of Indonesia (FOI) untuk penanganan gizi buruk sekaligus peningkatan agar gizi keluarga menjadi lebih terfokus. Kegiatan bersama FOI lebih mendasar karena bukan hanya penyediaan makanan bergizi tetapi juga penyediaan bahan dan cara pengolahannya," terang Hendarto.
Pendiri FOI, Hendro Utomo menambahkan, kerjasama antara Dinkes Kabupaten Magelang dan pihaknya telah berjalan selama enam bulan terakhir.
Kerjasama tersebut terjalin atas keprihatinan masih adanya temuan balita gizi buruk padahal wilayah Magelang termasuk lumbung pangan.
"Untuk itu, kami berupaya menyadarkan masyarakat agar kembali mengkonsumsi makanan dari bahan yang mudah didapat di lingkungan sekitar (first food), bukan makanan cepat saji (fast food). Termasuk saat mereka menyediakan makanan untuk anak," terang Hendro.
Dalam kerjasama ini, FOI menerjunkan 38 relawan untuk pendampingan. Sasaran mereka adalah 50 balita dan 6 ibu menyusui di empat dusun di Desa Mungkid, yakni Mungkid 2, Sanggrahan, Sirat dan Ngentak.
Relawan-relawan tersebut membekali para ibu balita tentang peningkatan gizi keluarga. Pendampingan dilakukan 3-5 kali seminggu.
"Mereka (relawan) melatih tentang pengolahan bahan dari lingkungan sekitar agar menjadi makanan yang bergizi untuk keluarga. Misalnya, menanam sayuran kemudian bagaimana cara memasaknya," urai Hendro.
Selain itu, perkembangan sasaran juga dipantau. Dalam setiap pertemuan, dilakukan penimbangan berat badan serta pengenalan perilaku sadar gizi.
"Kami tidak hanya memberikan makanan tetapi juga mengedukasi dan meningkatkan kesadaran sehingga ada pergerakan sosial masyarakat menuju sadar gizi," tandasnya. (bgs/bgs)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini