Dalam peristiwa pembantaian yang menggemparkan publik Thailand itu, beberapa pria bersenjata yang bertopeng menyerbu kediaman kepala desa di provinsi Krabu, Thailand selatan pada Juli 2017 dan menyandera keluarganya. Keluarga tersebut disandera selama beberapa jam sembari menunggu pulangnya kepala desa Worayuth Sanlang.
Setelah Sanlang datang, dia pun ditembak mati di bagian kepala, begitu pula dengan tujuh anggota keluarganya. Tiga orang lainnya terluka dalam serangan itu namun berhasil selamat, termasuk seorang wanita yang berpura-pura mati setelah sebuah peluru meluncur dekat telinganya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pembantaian itu dipicu oleh sengketa tanah antara sang kepala desa dan pemimpin pria-pria bersenjata tersebut, Surikfat Bannopwongsakul.
"Enam terdakwa menggunakan pistol untuk menembak keseluruhan delapan korban, yang termasuk wanita-wanita serta anak-anak perempuan berumur empat tahun, delapan tahun, sebelas tahun," demikian putusan yang dibacakan di pengadilan provinsi Krabi hari ini seperti dilansir kantor berita AFP, Rabu (28/3/2018).
Seorang penyintas pembantaian yang merupakan kerabat para korban tewas, Anchalee Booterb menyambut vonis mati ini. "Ya saya puas, tetapi bahkan jika mereka dihukum mati, tak akan mengembalikan kerabat saya," ujar wanita tersebut kepada televisi lokal, Channel 9. (ita/ita)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini