"Ini libur sejak ada yang mengamuk kemarin, kita dilarang menguruk tanah. Warga itu bilang belum dapat uang ganti rugi," jelas pekerja uruk tanah Ari (20) kepada detikcom, Sabtu (24/3/2018).
Warga tersebut mengamuk, Kamis (22/3/2018) siang, saat banyak truk mengirim tanah. Puluhan truk tersebut terpaksa kembali, karena takut ancaman warga yang akan membawa celurit jika tetap meneruskan proyek overpass.
"Takut soalnya ngancam akan bawa celurit. Daripada ramai, kita hentikan dulu biar beres permasalahannya," terang Ari.
Seorang warga membenarkan ada yang mengamuk di tengah proyek. "Iya mas memang betul (ada yang mengamuk). Infonya belum dapat ganti rugi gitu loh, tapi persisnya seperti apa saya kurang tahu. Saya sendiri juga korban pembangunan overpass itu," jelas warga yang rumahnya tak dapat akses jalan akibat tertutup overpass, Abidin (30).
Akibat pembangunan overpass jalan penghubung desa Sawahan ke Desa Kajang tersebut, kata Abidin, kendaraan miliknya terpaksa dititipkan ke rumah tetangga. Pasalnya tidak ada akses jalan ke rumahnya yang tertutup proyek overpass yang belum selesai tersebut.
"Keluarga saya suruh lewat mana, kenapa ndak membuatkan jalan ke rumah saya. Apa ini adil? Saya sudah mengurus ke kepala desa tidak ada tanggapan sama sekali, terus saya orang kecil lapor ke siapa," kata Abidin dengan nada kesal.
Pantauan detikcom pengerjaan overpass di Desa/Kecamatan Sawahan, tidak tampak aktifitas pengurukan tanah di sisi utara yang diduga memakan sawah milik Suprapto. Sedangkan di seberang sisi selatan jalan tol, tampak pekerja overpass membuat fondasi pembatas jalan. (trw/trw)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini